Jumat 28 May 2010 03:29 WIB

Ini Dia Surat Terbuka Pengusul Masjid di Ground Zero

Imam Abdul Rauf
Foto: .
Imam Abdul Rauf

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Kendati Dewan Kota Manhattan sudah memutuskan pendirian masjid dua blok bekas reruntuhan gedung WTC akibat serangan 11 September 2001, penduduk New York masih tetap berpolemik. Banyak yang setuju, tak sedikit yang menentang. Bahkan, sekelompok warga menyerukan "jihat" melawan pendirian masjid itu.

Apa tujuan dan mengapa masjid itu didirikan, salah satu penggagasnya, Imam Faesal Abdul Rauf, menjelaskannya dalam surat terbuka yang dimuat di koran-koran New York.

Berikut ini surat terbuka Imam Abdul Rauf itu:

 

Kebenaran tentang Masjid Itu

Setelah proposal kami untuk membangun sebuah komunitas dan pusat budaya dua blok dari situs World Trade Center, saya pribadi menyatakan senang dan puas dengan pencurahan dukungan dari pejabat kota dan bsebagian besar warga yang memahami misi kami.

Rekan-rekan saya dan saya adalah anti-teroris. Kami adalah orang-orang yang ingin memberi semangat mayoritas Muslim yang membenci terorisme untuk berdiri bersama melawan retorika radikal. Tujuan kami adalah untuk menjalin hubungan yang lebih baik dan bergandeng tangan dengan masyarakat kebanyakan.

Orang-orang yang merupakan pemangku kepentingan dalam masyarakat, yang percaya bahwa mereka disambut sebagai mitra sejajar, tidak ingin menghancurkannya. Mereka ingin membangun kebersamaan itu. Dan tidak ada demonstrasi yang lebih baik dari keinginan kami untuk membangun kemitraan sejajar itu daripada sekadar  pembangunan gedung ini. Ini akan membantu menghidupkan kembali Manhattan.

Pusat komunitas itu direncanakan berdiri di Park Place, antara Gereja Santa dan West Broadway. Ini bukan masjid, meskipun akan termasuk ruang untuk layanan doa Muslim di dalamnya. Ini adalah sebuah kompleks yang memiliki kolam renang, lapangan basket, ruang rapat, sebuah auditorium 500 kursi, fasilitas perjamuan dan banyak hal lainnya yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Pusat ini akan menawarkan program teater, pameran seni, dan kelas memasak. Ini adalah "ruang" yang kini banyak yang hilang dari bagian kota.

Dan, ya, sentra ini akan memiliki pusat peringatan publik untuk para korban 9 / 11, juga sebagai ruang meditasi di mana semua akan terbuka untuk melakukan refleksi yang tenang. Sentra ini akan mendukung jiwa dan tubuh warga kota.

Sentra ini  akan terbuka untuk semua orang tanpa memandang agama. Seperti YMCA, St Y yang ke-92, atau Pusat Komunitas Yahudi di pusat kota, sentra ini terbuka bagi setiap orang. Ini akan menjadi pusat untuk semua warga New York.

Yang paling membuat saya sedih adalah laporan palsu yang menyebabkan beberapa keluarga korban Tragedi 9/11 berpikir proyek ini, entah bagaimana, dirancang oleh umat Islam untuk bersorak-sorai dan menyatakan suka cita atas serangan itu. Itu sungguh jauh dari kebenaran.

Hati dan jiwa saya ada pada korban Tragedi 9/11. Mereka semua adalah pahlawan.

Anda mungkin sama seperti saya. Lihatlah keluarga Muhammad Salman Hamdani. Lahir di Pakistan, orang tuanya membawanya ke New York sebagai anak kecil. Dia ingin tidak lebih dari menjadi orang Amerika, itu keinginan dia.

Sebagai seorang pemain sepak bola sekolah tinggi di Bayside, Queens, ia lulus dari Queens College. Ketika ia tidak bisa masuk ke sekolah kedokteran di Amerika, ia menjadi sopir ambulans paruh waktu. Dan, Hamdani menghilang pada 9/11 yang menyedihkan kita semua itu; tubuhnya ditemukan sebulan kemudian di reruntuhan menara utara.

Anda tahu, dia Muslim 23 tahun. Dia tewas saat mencoba menyelamatkan sesama warga New York.

Agama tidak memisahkan korban pada hari yang mengerikan itu. Apakah Protestan, Katolik, Yahudi, Muslim, Hindu, Buddha, atau agama lain, semua orang-orang ini terbungkus kain yang sama di New York. Mereka semua mati bersama.

Saya telah menjadi imam di sebuah masjid di Tribeca selama 27 tahun. Saya menjadi bagian dari komunitas ini. Masjid kami adalah menjadi bagian dari lingkungan sebagaimana gereja, sinagoga, atau gedung-gedung perkantoran serta bisnis. Pekerjaan saya adalah untuk memastikan masjid tidak merekrut alasan apapun untuk menjadi radikal.

Untuk melakukan itu, umat Islam harus merasa bahwa mereka diterima di New York. Orang yang diasingkan gampang  untuk menjadi sinis dan radikal.

Kebebasan agama adalah sesuatu yang kita sayangi. Ini adalah inti dari apa yang ada di Amerika, dan itu adalah apa yang orang-orang di seluruh dunia gambarkan tentang negara yang kita hormati ini. Quran sendiri mengatakan, paksaan dalam agama adalah salah.

Muslim Amerika ingin menjadi warga Amerika yang baik dan Muslim yang baik. Mereka bisa menjadi aset terbaik Amerika Serikat yang sekarang tengah berjuang memerangi radikalisme.

Mereka tahu bahwa nilai-nilai kebebasan Amerika - agama, martabat manusia, dan kesempatan untuk kemakmuran - adalah juga nilai-nilai Islam.

Kami percaya bahwa orang-orang beriman baik dapat menggunakan inti umum dari agama mereka untuk mencari solusi untuk masalah yang akan menjaga mereka untuk tetap hidup bersama.

Salam hormat Saya,

Imam Abdul Rauf

sumber : AP, NY Daily News
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement