REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK--Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva hari Sabtu mengatakan akan sulit untuk menggelar pemilihan tahun ini saat ia mengangkat jam malam yang dikenakan di sekitar sepertiga dari negara itu setelah protes anti-pemerintah yang menelan korban jiwa. Padahal sebelumnya, ia pernah menawarkan opsi pemilu dipercepat terhadap massa demonstran.
Perdana Menteri pada kesempatan itu juga menyatakan belum ada rencana mencabut keadaan darurat setelah dua bulan dari aksi massa Kaus Merah yang menewaskan hampir 90 orang tewas dalam serangkaian bentrokan dengan pasukan. "Jelas itu jauh lebih sulit sekarang untuk pemilihan umum sebelum akhir tahun ini," kata Abhisit dalam sebuah konferensi pers.
Pria kelahiran Inggris lulusan Oxford ini justru balik bertanya apa perlunya pemilihan umum dipercapat jika tawaran itu ditolak oposisi. Menurutnya, jika proses perdamaian berjalan lancar, maka pemerintah dan parlemen berfungsi lancar. "Jadi mengapa harus ada pemilu dipercepat?"
Setelah kerusuhan pada 19 Mei, yang juga menyebar ke beberapa kota di benteng Kaus Merah yang miskin di timur laut Thailand, jam malam diberlakukan di Bangkok dan 23 provinsi, dari total 76 yang ada di negara itu. Kini, aktivitas di Bangkok mendekati normal.
Abhisit menuding buronan mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra atas kerusuhan itu. Thaksin, yang digulingkan dalam kudeta 2006, dituding menghasut kerusuhan dan aksi massa itu. Sebuah pengadilan Thailand pada hari Selasa menyetujui surat perintah penangkapan untuk Thaksin atas tuduhan terorisme.