REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Aktivis di seluruh dunia terus memprotes aksi militer secara biadap yang dilakukan Israel. Akibat kekejian Israel itu, sedikitnya 10 relawan di kapal Mavi Marmara yang hendak menjalankan misi kemanusiaan itu meninggal.
Di Turki unjuk rasa telah memasuki hari kedua. Orang-orang berkumpul di luar kedutaan Israel di ibu kota Ankara. Setelah sehari sebelumnya demonstran di Istanbul menunjukkan kemarahannya atas Israel, hari ini sebanyak 10 ribu orang tumpah-ruah ke jalanan. Di Malaysia dan Australia aksi unjuk rasa mengutuk kebiadaban Israel juga terjadi seperti yang terjadi di belahan dunia lainnya.
"Pemerintah Australia mengutuk penggunaan kekerasan dalam berbagai keadaan yang telah kita saksikan," kata perdana menteri Australia, Kevin Rudd. Dia menambahkan, sebuah keharusan diadakannya penyelidikan langsung dan independen atas insiden ini. Rudd minta agar temuan tim independen itu segera diserahkan ke Dewan Keamanan PBB. Sejumlah protes juga mewarnai kota-kota besar di Eropa.
Sebuah resolusi tidak mengikat juga diserukan pada Israel untuk memastikan, bahwa makanan, bahan bakar, dan bantuan medis dapat mencapai Jalur Gaza. Di Turki, perdana menteri akan berpidato di hadapan parlemen membahas hal ini setelah mengadakan rapat darurat dengan menteri pertahanan dan kepala intelijen.
Turki merupakan tuan rumah berbagai organisasi penyelenggara konvoi bantuan ke Gaza, sementara paling banyak aktivis yang tewas dan terluka adalah warga Turki. Kapal yang disergap militer Israel pun berbendera Turki.
Konvoi ini pun menjelaskan ketegangan antara Turki yang selama ini merupakan sekutu Israel. Pada hari Selasa (1/6) Turki mengirim tiga pesawat untuk membawa kembali sekitar 20 warganya yang terluka dalam kekerasan militer Israel. Sebelumnya Turki juga memanggil duta besarnya ke Israel dan membatalkan rencana untuk tiga latihan militer bersama dengan Israel.