REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi (2/6) turun 10 poin menjadi Rp9.220-Rp9.230 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.210-Rp9.220, karena pelaku pasar melepas rupiah meski saham-saham di Bursa Efek Indonesia menguat.
Analis Valas, Ahmad Riyadi di Jakarta, mengatakan, aksi lepas rupiah itu, karena pelaku khawatir dengan masalah baru Eropa mengenai perbankan.
Selain itu adanya laporan pelambatan pertumbuhan ekonomi di China dan meningkatnya biaya mengatasi bencana tumpahan minyak Teluk Meksiko, katanya.
Namun tekanan pasar terhadap rupiah, menurut dia tidak terlalu besar, karena faktor positif juga muncul di pasar seperti belanja kontruksi Amerika Serikat melonjak selama April.
Selain itu saham di Hong Kong dan Tokyo juga menguat sehingga pelaku pasar agak hati-hati dalam melakukan aksinya di pasar, ucapnya.
Ia mengatakan, pelaku pasar juga masih khawatir dengan pertumbuha ekonomi global yang kembali bermain yang didukung oleh perkiraan melemahnya data bulanan manufaktur dari China.
Akibatnya pergerakan rupiah masih tetap di atas angka Rp9.200 per dolar yang seharusnya menguat menembus angka Rp9.200 per dolar yang terpicu oleh menguatnya dolar, katanya.
Rupiah, lanjut dia, saat ini memang terkoreksi, namun peluang rupiah untuk naik akan semakin kuat, karena suku bunga acuan (BI-Rate) pada akhir tahun ini akan bergerak naik, apabila naiknya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
"Kami memperkirakan rupiah ke depan akan kembali menguat, karena faktor positif di pasar akan muncul," katanya.