REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Pemerintahan Obama tampak tak bersikap keras dalam merespon penyerangan pasukan Israel pada kapal misi kemanusiaan yang mencoba menembus blokade Gaza, Senin (31/5). Amerika Serikat (AS) hanya mendesak para pemimpin Israel untuk memberikan lebih banyak bantuan ke wilayah barikade, tapi menolak untuk mengkritik Israel dalam penggunaan senjataa mematikan.
Presiden Barack Obama, Selasa (1/6) melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Turki untuk mengungkapkan rasa duka cita untuk korban tewas serta terluka pada kapal berbendera Turki dan meminta investigasi menyeluruh.
Menteri Luar Negeri AS, Hillarry Clinton mengungkapkan dukungan terhadap Dewan Keamanan PBB yang mengutuk aksi yang menyebabkan kematian dari sembilan relawan pro-Palestina di lepas pantai Gaza. Namun, pemerintah AS tidak mengatakan mereka akan menahan Israel atau aktivis yang bertanggungjawab dari pertumpahan darah tersebut.
Penyerangan pasukan Israel itu membuat Obama berada dalam situasi yang sulit antara menekan Israel untuk mengurangi kekerasan di jalur Gaza dan pada saat yang sama mendukung usaha untuk menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza yang dapat digunakan untuk menyerang Israel.
Pertaruhan untuk tingkat yang lebih dalam adalah pemerintahan Obama untuk menghidupkan kembali perundingan perdamaian Israel-Palestina yang terhenti, tugas yang sulit bahkan di saat yang terbaik sekalipun.
Untuk mencapai tujuan tersebut, AS berusaha untuk fokus pada memulai permbicaran, akhirnya mencapai janji damai untuk Israel dan sebuah tanah air bagi rakyat Palestina.
Pada hari Selasa (1/6), pejabat AS mendapat kecaman dari berbagai pihak. Wakil Duta Besar PBB, Alejandro Wolff mengatakan, laporan dari beberapa relawan yang berada di dalam kapal yang diserang mungkin mencoba untuk memicu respons Israel yang keras sebagai "penghentian sementara."
Disisi lain, bagai sebuah tamparan pada Israel, Hillary Clinton mengatakan kehidupan dibawah blokade di Gaza seharusnya "tidak berkelanjutan dan tidak dapat diterima".
PBB kemudian mengadakan investigasi yang cept dan bisa dipercaya pada insiden yang menimpa kapal berisi bantuan kemanusiaan dan ratusan relawan yang sebagian besar berasal dari Turki.
Obama menyetujui penyelidikan tersebut saat percakapannya dengan PM Turki, Recep Tayyip Erdogan yang mengkritik tajam serangan israel, menurut Gedung Putih.
Pihak Gedung Putih juga menyatakan, tengah berdiskusi tertutup dengan Israel untuk membantu pembebasan relawan, termasuk yang tewas dan terluka, serta pembebasan kapal tersebut.
"Presiden menegaskan pentingnya untuk mencari jalah yang terbaik untuk menyediakan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Gaza tanpa pengawasan dari keamanan Israel," ujar pernyataan tersebut.
Pernyataan itu juga mengatakan, Presiden Obama menggarisbawahi pentingnya persetujuaan perdamaian yang dapat menetapkan sebuah negara Palestina yang independen dan layak sebagai cara untuk mengatasi situasi keseluruhan dan AS terus berkomitmen untuk meraih tujuan itu dengan Turki, Israel dan negara lain untuk keamanan dan stabilitas negara-negara Timur Tengah.