Kamis 03 Jun 2010 02:44 WIB

Apa Mungkin Orang Indonesia Berusia 145 Tahun?

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Budi Raharjo
Wanita tertua di dunia, ilustrasi
Wanita tertua di dunia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO--Takdir kehidupan dan kematian memang sepenuhnya berada di tangan Allah SWT. Namun, apakah mungkin di zaman sekarang masih ada orang Indonesia yang memiliki usia panjang hingga 145 tahun?

Ini lagi-lagi masih terkait dengan temuan sensus penduduk. Seorang nenek bernama Nalem, penduduk Desa Tipar Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas, mengaku telah berusia hampir satu setengah abad itu. Dia tercatat dilahirkan tahun 1865. Dengan demikian, usianya tahun ini mencapai 145 tahun.

''Nyong kelalen tanggal karo wulane. Tapi lahire ya ndeyan tahun semeno (saya tidak tahu tanggal dan bulannya. Tapi lahirnya ya mungkin tahun segitu),'' kata Nalem dengan bahasa Jawa Banyumasan medok, saat ditemui di rumahnya, Rabu (2/6).

Tahun kelahiran Nalem pada 1865 ini, juga tercatat dalam KTP-nya. Dalam KTP yang tercantum masa berlaku untuk seumur hidup ini, juga hanya tertulis tahun kelahiran tahun 1865 tanpa keterangan tanggal dan bulan. Untuk ukuran usia nenek yang panjang hidup ini, kondisi fisik Nalem boleh dikatakan masih sangat prima.

Kecuali pendengaran, semua indra tubuhnya masih berfungsi dengan baik. Pandangan matanya juga masih tajam, dan tidak mengalami rabun. Terbukti saat melihat wartawan yang berkulit hitam, dia berkata ''Kowe kok ireng temen. Nah angger sing kiye putih (Kamu kok hitam sekali, nah kalau yang ini putih),'' katanya pada beberapa wartawan yang datang ke rumahnya.

Hanya, kalau untuk bercakap-cakap dengan Nalem, orang yang berbicara harus bersuara agak keras di dekat telinganya. Selain itu, ingatan tentang masa lalunya juga masih cukup kuat. Terbukti, dia masih bisa menceritakan kondisi yang dialaminya saat masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Selain itu, tubuhnya juga tergolong masih kuat. Meski harus jalan tertatih tatih, setiap pagi dia masih bisa membersihkan rumahnya. Hanya untuk masak, dia sudah tidak melakukannya lagi. ''Saben dina dikirimi sega nang anake (Setiap hari dikirimi nasi oleh anak),'' tuturnya.

Saat ini, Nalem memang tinggal sendiri di rumahnya yang kecil dan sederhana. Rumahnya hanya berukuran 6 kali 7 meter dan berdinding papan kayu. Namun alasnya telah di semen. ''Dia tidak mau tinggal dengan anaknya,'' kata Kepala Desa Tipar, Rakim Rochyadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement