REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL--Kedatangan ratusan relawan yang dideportasi dari Israel menyusul serangan pasukan Israel terhadap kapal pembawa misi kemanusiaan, disambut bagaikan para pahlawan di Turki, Kamis dini hari (3/6). Sembilan jenazah korban tewas berada di pesawat pertama.
Wakil Perdana Menteri Turki, Bulent Arinc dan beberapa pejabat pemerintahan Turki menyambut para relawan tersebut, setelah usaha negara itu menekan Israel untuk membebaskan para tawanan yang sebagian besar berasal dari Turki. Sisanya, berasal dari negara-negara Arab, Eropa dan Amerika Serikat.
"Mereka harus menghadapi kebiadaban dan penekanan, namun pulang dengan rasa bangga," ujar Arinc.
Ribuan kerabat serta pendukung para relawan yang bergembira, mengibarkan bendera Palestina dan Turki, disertai dengan tepuk tangan diluar bandar udara, sambil berteriak "Allahu Akbar".
"Turki sangat bangga pada Anda! Runtuhlah Israel!" teriak para pendukung tersebut.
Tiga pesawat medis membawa para relawan yang terluka telah mendarat di Ankara terlebih dahulu. Lalu, mereka segera dibawa ke pusat pelayahan kesehaan untuk mendapatkan perawatan, menurut laporan dari NTV.
Misi kemanusiaan flotilla bertujuan menembus blokade Israel yang menutup jalan masuk jalur Gaza, yang membawa makanan serte perlengkapan lain untuk warga Palestina yang tinggal disana.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu menolak dengan keras permintaan untuk menarik blokade terhadap Hamas yang menguasai Gaza, dengan alasan larangan itu bertujuan untuk mencegah serangan nuklir ke Israel.
Dia menyebut, kritik yang ditujukan kepada tentara Israel akibat serangan berdarah terhadap relawan pro-Palestina itu sebagai "kemunafikan".
"Itu memang bukan "kapal cinta," ujar Netanyahu yang ditujukan pada kapal yang diserang oleh tentara Israel memang sengaja berangkat untuk bentrokan yang kemudian mengakibatkan kematian sembilan relawan.
"Itu adalah kapal kebencian," tukasnya.
Sementara pejabat Israel menghabiskan sebagian waktunya untuk menampung membanjirnya kutukan diplomatik dari berbagai negara di dunia akibat serangan tersebut, Netanyahu sama sekali tidak bermaksud mendamaikan, sejak komentar pertamanya disiarkan secara nasional setelah aksi militer Israel pada hari Senin (31/5).
"Israel menghadapi serangan kemunafikan internasional," ujarnya sambil menambahkan negara Yahudi sebagai korban dari kampanye yang didukung Iran pada Hamas yang menguasai Gaza dengan senjata nuklir yang dapat menyerang Tel Aviv dan Jerusalem.
Netanyahu mengatakan, tujuan dari flotilla untuk menghancurkan blokade, bukannya membawa bantuan untuk Gaza. Jika blokade berhenti, dia memperingatkan, ratusan kapal akan membawa ribuan nuklir dari Iran untuk ditujukan ke Israel dan negara lain.
Tujuh pesawat digunakan untuk mendeportasi 527 relawan ke Turki dan Yunani, ujar juru bicara Kementerian Dalam Negeri Israel, Sabine Haddad. Tujuah relawan lain yang kini berada di rumah sakit milik Israel sedang dirawat.
Setelah pesawat lepas landas, kementerian luar negeri Israel mengatakan, tiga relawan yang tetap ditahan terkait urusan dokumentasi dan hal lain, tanpa menjelaskan lebih detil. Tiga relawn itu berasal dari Irlandia, Australia dan Italia.
Belasan relawan wanita terlibat perkelahian dengan petugas keamanan di bandara namun dapat segera diatasi. Mereka tidak akan dituntut dan segera dideportasi sebagaimana rencana.