REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Parlemen Jepang memilih Naoto Kan sebagai perdana menteri baru Jepang, Jumat. Kini, tugas berat menanti populis vokal itu. Kan menjadi perdana menteri Jepang ke enam dalam empat tahun ini.
"Tugas saya adalah membangun kembali bangsa ini," kata Kan setelah dia terpilih. Ia berjanji akan memerangi masalah "uang dan politik" yang saling terkait dan memacu pertumbuhan ekonomi.
Pada kebijakan luar negeri, Kan menggambarkan hubungan dengan Amerika Serikat sebagai vital, tetapi menekankan pentingnya hubungan Jepang dengan negara-negara tetangga. "Dengan aliansi AS-Jepang landasan diplomasi kita, kita juga harus bekerja untuk kesejahteraan wilayah Asia," katanya.
Kan, 63 tahun, adalah menteri keuangan di bawah Yukio Hatoyama yang tidak populer, yang mengundurkan diri Rabu, setelah tak bisa merealisasikan janji-janji kampanyenya dan terlibat skandal pendanaan politik.
Sebagai perdana menteri, Kan dihadapkan beban membenahi perekonomian di negara yang terkuat secara ekonomi kedua di dunia, yang kini dibebani dengan utang publik yang besar, pertumbuhan yang lamban, dan jumlah populasi warganya yang terus menyusut. Dia juga harus mengumpulkan dukungan pemilih menjelang pemilihan majelis tinggi bulan depan.
"Kita akan bekerja bersama sebagai satu dalam menghadapi situasi politik yang sulit," katanya setelah pemilihan. "Prioritas pertama kami adalah untuk mendapatkan kembali kepercayaan rakyat."
Kan memenangkan 313 suara dari 477, dan pimpinan Partai Demokrat Liberal, Sadakazu Tanigaki mendapatkan 116. Sisanya pergi ke calon lain dari partai-partai kecil.