Ahad 06 Jun 2010 17:49 WIB

Gerakan Zionis, Bagaimana Asal Muasalnya? (3-habis)

Red: irf
Monumen Holocaust di Berlin
Foto: Irfan Junaidi/www.republika.co.id
Monumen Holocaust di Berlin

Tulisan menarik dapat dibaca lewat olahan Norman G Finkelstein dalam buku The Holocaust Industry. Finkelstein yang kedua orang tuanya lolos dari Ghetto Warsawa dan kamp konsentrasi Nazi menyatakan, Holocaust terbukti menjadi senjata ideologi yang vital. Dengan cara itu, negara dengan kekuatan militer mengagumkan, dengan catatan HAM mengerikan, telah memotret diri sebagai negara 'korban'.

Puluhan museum Holocaust kini tersebar di berbagai negara. Di AS, sekurangnya ada 23 museum. Di Washington DC, misalnya, ada United States Holocaust Memorial Museum yang sempat dikunjungi Republika beberapa tahun lalu. Selain menyajikan film, museum ini memamerkan tumpukan sepatu tua, gerbong kereta, dan ratusan artefak. Keterangan tertulis menyebutkan, barang-barang tersebut adalah peninggalan para korban Holocaust.

Di Jerman, juga terdapat museum Holocaust yang bertengger di pusat keramaian kota Berlin. Museum ini didesain dan dibangun dengan biaya yang tidak sedikit. Museum Holocaust di Berlin berada di bawah tanah. Di permukaan tanah di museum itu terdapat monumen yang terbangun dari batu-batu anti grafiti. Jelas sekali lobi Israel bermain sangat kuat bagi pencitraan dirinya sebagai korban tindak kekerasan.

Istilah anti-Semit dan anti-Zionis selalu dicampuradukkan  kendati di internal Yahudi sendiri ada suara minoritas menentang zionisme. Para ilmuwan Yahudi, juga di masyarakat di kalangan akar rumput menentang gerakan yang cenderung melanggar asas-asas kemanusiaan itu.

"Para penganut paham liberal atau radikal sekalipun tak mampu membendung kebiasaan kaum zionis yang menyamakan anti-Semit dan anti-Zionis," tulis Said. Sejarah penderitaan itulah yang dieksploitasi untuk merobek Palestina. Kini, Laut Mediterania seolah menjadi saksi betapa darah dan air mata seakan berlomba tumpah di tanah Palestina.

Tak heran jika Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad begitu kuat berupaya untuk menjadikan isu Holocaust tidak disalahgunakan oleh Zionis untuk membolak-balikkan opini. Dia beberapa kali mengungkapkan bahwa Holocauts adalah mitos. Pernyataan ini tidak lain adalah untuk memancing pemikiran agar dunia sadar betapa zionis mengekspolitasi isu tersebut untuk melegalkan aksi arogannya.

Satu pernyataan menarik pernah diungkapkan Ahmadinejad untuk meruntuhkan mitos Holocaust itu. Selain bercerita soal dipenjaranya beberapa peneliti yang mencoba mendalami Holocaust, Ahmadinejad juga sempat mengajukan pertanyaan yang sangat 'mematahkan' argumentasi kaum zionis. "Kalau Holocaust benar terjadi, mengapa warga Palestina yang harus 'mempertanggungjawabkannya'? Semestinya kan Jerman atau Eropa yang harus membayar utang moral atas kejadian itu," kata Ahmadinejad dalam satu wawancara dengan Der Spiegel. (habis)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement