REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM--Mantan diplomat di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Sally Silnda (56), meninggal ketika tengah berlibur di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (8/6) dini hari. Jenazahnya kini disemayamkan di Instalasi Pemulasaran Jenasah (IPJ) RSU Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram, menunggu pemeriksaan medis.
Sang suami, Marthin John (56), ikut mengantar jenazah istrinya dari penginapan "Green Valley" di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat ke ruang IPJ RSU Mataram dengan menggunakan mobil ambulans Polda NTB. John mengatakan dirinya baru mengetahui istrinya telah meninggal ketika terbangun dari tidur dan melihat dia terbujur kaku di pembaringan.
"Saya guncang pundaknya tetapi tetap kaku, ternyata dia telah meninggal dalam tidurnya sejak semalam," ujarnya. Menurut John istrinya sempat mengeluhkan sakit punggung sebelum tidur, namun dirinya menganggap biasa karena sering kali mengeluhkan hal itu.
Ia berharap istrinya itu dikuburkan di Indonesia, namun belum tahu lokasinya apakah di Pulau Lombok atau daerah lain. "Bagi kami Indonesia sudah menjadi rumah sendiri sehingga Sally Silnda dikubur di Indonesia saja," ujar profesor matematika dan pengajar di Cranford Comprehensive School di Inggris itu.
John mengungkapkan istrinya ketika masih menjalankan tugas sebagai diplomat di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, sempat menganggap seorang pemuda asal Bima, NTB, bernama Sukri (43) dan telah berkeluarga, sebagai bagian dari keluarganya. Sukri sempat menjenguk mereka di "Green Valley" Senggigi beberapa hari sebelum mantan diplomat Inggris itu meninggal.
Namun, menurut John, Sukri yang dikabarkan sedang berada di Bima, Pulau Sumbawa, tidak bisa dihubungi melalui telepon ketika istrinya meninggal. Sally purnatugas dari diplomat Inggris di Jakarta sejak enam tahun lalu itu.
John masih berkoordinasi dengan pihak RSU Provinsi NTB, aparat kepolisian dan pihak terkait lain agar istrinya itu dapat dikuburkan di Indonesia.