REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Lalu bagaimana mesin propaganda Israel bekerja dalam pembantaian relawan di Kapal Mavi Marmara? Sebuah artikel menarik ditulis Antony Lerman di situs guardian.co.uk edisi 4 Juni 2010. Di situ dia menceritakan bahwa sesaat sebelum penyerangan terjadi, Israel telah memutus semua jenis komunikasi dari kapal yang ikut konvoi ke pihak lain.
Pemutusan alur komunikasi ini dilakukan Israel atas kesadaran yang tinggi akan pentingnya peran informasi dalam membentuk citra di dunia internasional. Dengan pemutusan itu, maka dunia tidak bisa menyaksikan secara jelas apa yang sesungguhnya terjadi saat itu. Kesaksian para relawan yang diungkapkan secara lisan, tidaklah bisa mewakili kondisi yang sesungguhnya secara tepat.
"Gambar-gambar yang disiarkan Al Jazeera, IHH, maupun sumber lain sesaat sebelum penyerangan, tidak begitu jelas," tulis Lerman dalam artikel itu. Dalam gambar itu hanya terlihat orang terluka, helikopter, dan pasukan yang sedang menembak. Gambar-gambar itu tidak bisa secara detil menghadirikan kepada publik, kondisi yang sebenarnya terjadi.
Saat komunikasi dari kapal terputus, Israel kemudian menyebarkan berbagai gambar yang diperolehnya saat peristiwa tersebut terjadi. Tentu saja, gambar itu sudah mengalami proses editing yang harus menguntungkan pihak Israel. Kemudian militer Israel menayangkan gambar-gambar manipulatif itu di situs Youtube.
Video di situs tersebut menggambarkan pasukan Israel yang terjadi dari helikopter dan dihadang oleh para relawan di geladak kapal. Kemudian di video itu diberi keterangan-keterangan yang menempatkan tentara Israel sebagai 'korban'. Misanya dalam video itu tertulis, kalimat 'para aktivis memukuli tentara Israel dengan besi'.
Sama sekali di situ tidak dijelaskan bagaimana tentara Israel secara membabi buta menembaki para relawan. Kekejaman Israel terhadap para relawan ditutup rapat dan diputarbalikkanya sedemikian rupa agar relawan menjadi terlihat sadis.
Sialnya, video yang dirilis militer Israel ini hingga Selasa petang sudah diklik hampir 2 juta kali. Betapa banyak warga dunia yang menyaksikan video manipulatif itu. Video-video lain yang terkait dengan Mavi Marmara, belum ada yang diklik sebanyak itu.
Lagi-lagi agenda Israel untuk memainkan propaganda pun berjalan saat relawan diturunkan di Ashdod dan dipenjara. Mereka hanya diberikan akses komunikasi secara terbatas. Perangkat perekam yang dibawa para relawan maupun wartawan pun disita militer Israel. Dengan demikian, tidak ada lagi gambar versi relawan yang bisa disiarkan kepada publik.
Kemudian Israel pada kesempatan itu juga merilis gambar saat para relawan yang terluka diangkut ke helikopter untuk dirawat. Lewat gambar ini, Israel seolah-olah ingin menampilkan wajah kemanusiaannya.
Adakah semua cara itu membawa hasil? Meski dijalankan penuh rencana, ternyata propaganda itu tidak berhasil menjadikan citra Israel di mata dunia menjadi positif. Setelah kejadian itu, unjuk rasa mengutuk Israel berlangsung di berbagai belahan penjuru dunia. Sayangnya, kekuatan unjuk rasa itu belum juga berhasil menjadikan Israel mengakhiri blokade Gaza. warga Gaza masih terus berteman dengan derita yang berkepanjangan. (habis)
Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membantuk Opini Dunia (1)
Bagaimana Mesin Propaganda Israel Membentuk Opini Dunia (2)