REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Tekanan dunia terhadap Israel terus menguat. Aksi biadab Israel yang membantai para relawan kemanusiaan untuk Gaza di Kapal Mavi Marmara menyulut kemarahan berbagai pihak. Israel terlihat gentar menghadapinya. Ada kemungkinan Israel akan menggunakan senjata untuk menjawab berbagai tekanan itu.
Paling tidak, hal ini bisa terlihat dari permintaan Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, kepada pemerintah Amerika Serikat (AS). Dalam kunjungannya ke Washington, Barak meminta AS untuk mengirimkan lebih banyak senjata ke Israel. Informasi soal permintaan tambahan cadangan senjata ini diberitakan The Independent dengan mengutip harian terkemuka Israel, Haaretz.
Washington pun memenuhi permintaan tersebut. Mulai Desember mendatang, Washington menyediakan cadangan senjata senilai 800 juta dolar AS bagi Israel. Termasuk dalam permintaan itu adalah bom cerdas bernama Joint Direct Attack Munition (JDAM). Bom ini dilengkapi satelit pemandu untuk mencapai sasaran.
Bom ini pernah digunakan Israel saat bertempur melawan pejuang Hizbullah dari Lebanon. Saat itu, Israel membombardir wilayah Lebanon dengan JDAM. Meski banyak warga Lebanon wafat dalam penyerangan membabi buta itu, Israel tidak berhasil meraih dukungan internarnasional. Penyerangan yang terjadi tahun 2006 itu justru menjadikan Hizbullah meraih banyak simpati dunia.