Sabtu 12 Jun 2010 02:56 WIB

Seperti Apa Satu-satunya Toko Perlengkapan Seks di Timur Tengah?

Tampak toko perlengkapan seks milik Khadija Ahmed di Bahrain
Foto: reuters
Tampak toko perlengkapan seks milik Khadija Ahmed di Bahrain

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMa--Dimanakah Anda dapat membeli pakaian, mainan pelengkap seks dan salep dirancang untuk meningkatkan kenikmatan seksual perempuan, di daerah Teluk yang mengerutkan kening pada tampilan terbuka seksualitas?

Tentu saja, dari seorang wanita asal Bahrain yang tetap menggunakan pakaian dan kerudung tradisional.

Toko perlengkapan seksual Khadija Ahmed mampu bertahan dari berbagai macam kritik dan rencana penutupan dari pejabat setempat sejak pembukaannya di Bahrain tahun 2008.

Toko milik Khadija yang menjual beragam pakaian tidur seksi, krim untuk menunda orgasme pria dan alat pemuas seksual lain bagi pelanggan di sebuah toko kecil Khadija Fashion House, memang bukan pemandangan umum di kawasan utara dari Manama.

Khadiya yang sederhana tampak menggunakan pakaian abaya hitam tradisional lengkap dengan kerudungnya mengatakan, sebagian besar barang yang dijualnya juga sebenarnya tersedia di toko fesyen dan toko obat Bahrain dan dia harus menghindari menampilkan beberapa produk, agar terhindar dari kemarahan publik.

"Misalnya, saya tidak menjual vibrator, karena bertentangan dengan Islam," ujarnya, sambil menambahkan keyakinannya itu juga melarangnya untuk menjual alat tiruan tubuh atau menampilkan bagian tubuh yang sensitif. Namun, alat lain seperti cincin getar masih diperbolehkan.

Dia mengaku, tidak mendapat terlalu banyak masalah dari masyarakat di Bahrain, hanya saja dia mengganti baju tidur lingerie di depan tokonya dengan pakaian pendek setelah mendapat keluhan dari para tetangga dan mesjid di dekatnya.

Mendiskusikan dan menampilkan hal-hal berbau seksual di tempat publik memang tabu di sebagian bear negara-negara Timur Tengah, namun para ulama juga mengatakan, alat-alat pelengkap seks boleh digunakan oleh pasangan yang menikah.

Bahrain merupakan salah satu negara teluk yang dianggap liberal dibandingkan negara lain, dengan memperbolehkan penjualan alkohol di bar. Banyak warga dari Arab Saudi, Qatar dan Kuwait mengunjungi kawasan di Kerajaan Bahrain setiap akhir pekan untuk menikmati kehidupan malam.

Khadija sempat digugat secara hukum karena dituntut oleh petugas bea cukai. Dia sering kesulitan memperoleh barang pesanannya melalui bea cukai dan satu kali terjegal masalah karena petugas menolak mengeluarkan barang pesanannya yang termasuk alat pijat dan cincin getar.

"Mereka memiliki pikiran tertutup, atau mungkin mereka hanya cemburu," ujarnya.

Khadija mengatakan dia tidak pernah melihat adanya toko serupa di wilayah tersebut, sehingga dia mendapat banyak pelanggan dari Uni Emirat Arab dan negara konservatif, Arab Saudi.

"Kadang saya mengantarkannya bersama saudara saya secara pribadi, namun hanya untuk pesanan diatas 150 dinar Bahrain atau sekitar 398 dolar AS," tuturnya.

Kini, Khadija sedang mempertimbangkan untuk membuka cabang baru di Dubai, Libanon dan salah satu pusat perbelanjaan di Bahrain, karena tokonya terlalu kecil untuk menampilkan barang-barang yang dijualnya.

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement