REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah Palestina meminta relawan Indonesia yang tergabung dalam konvoi Freedom Frotila untuk menjadi warga negara kehormatan Palestina. Mereka diaanggap telah berjasa sehingga isu kemerdekaan Palestina menjadi perhatian dunia.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi, mengatakan relawan itu menjadi bagian dari perjuangan Palestina dan Pemerintah Palestina meminta para relawan untuk menjadi warga negara Palestina. "Mereka sungguh berjasa. Kami tengah meminta identitas dan foto mereka. Kami sangat berterima kasih dengan perjuangan para relawan," kata Fariz N. Nehdawi, usai diskusi panel dengan tema 'Peta Penyelesaian Masalah Palestina' di Gedung Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia, Jum'at ( 11/6).
Menurut Fariz, berkat jasa para relawan yang tergabung dalam konvoi Freedom Frotila, konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina kini menjadi perhatian dunia. Jadi, lanjutnya, insiden Mavi Marmara justru membuat dunia tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi. Yakni, bagaimana sebenarnya kebusukan Israel terhadap rakyat Palestina. "Kekejaman militer Israel terhadap terhadap relawan merupakan salah satu bukti nyata kebusukan Israel," kata Fariz.
Faris mengungkapkan, kemerdekaan Palestina menjadi isu utama dalam setiap forum internasional. Faris meminta Pemerintah Indonesia untuk terlibat aktif dan meningkatkan peran sertanya dalam perdamaian antara Israel-Palestina dan mendukung kemerdekaan Palestina. Ia berharap dukungan terhadap rakyat Palestina lebih difokuskan pada hal-hal yang prinsip, yaitu perdamaian dan kemerdekaan Palestina. "Kami ingin hidup berdampingan dengan tetangga kami."
Dia juga meminta agar dukungan terhadap Palestina tidak malah mengintervensi negaranya dan mencampuri urusan dalam negerinya. Misalnya, dengan membesar-besarkan konflik antara Hamas dan Fatah. "Pada prinsipnya kami adalah satu. Perjuangan kami juga satu tujuan," tutur Faris.
Menurutnya, jika konflik Hamas dan Fatah ini dibesar-besarkan maka yang paling diuntungkan adalah Israel. "Padahal akar masalahnya justu pendudukan Israel buka masalah radikalisme Hamas. Karena pendudukan Israel jauh sebelum Hamas berdiri," ungkapnya.