REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Merebaknya video mesum yang diduga melibatkan artis nasional menggegerkan masyarakat. Ironisnya, kecenderungan itu memperkuat dugaan bahwa masyarakat tengah dihinggapi adiksi terhadap pornografi.
Menurut Psikolog, Dadang Hawari, Indonesia seharusnya bisa mencontoh china. Menurutnya, negara yang menganut paham komunis tahu betul bahaya pornografi. Mereka dengan cepat menjalankan aturan yang ketat lantaran khawatir generasi penerus bakal diracuni oleh prilaku-prilaku negatif.
"Mereka blokir ratusan situs porno dan mengancam siapa saja yang berani melanggar aturan itu," tukasnya.
Langkah selanjutnya, kata Dadang, pemberitaan media harusnya tidak terlalu mengekspos secara berlebihan. Ia khawatir, masyarakat menelan mentah-mentah pemberitaan sehingga berbuntut negatif di kemudian hari.
Langkah terakhir, kata dia, pemerintah haruslah bertindak cepat dan tepat. Cepat dalam artian harus segera menindak dan menenangkan masyarakat, dan tepat artinya pemerintah harus mengambil strategi jangka panjang sehingga kasus video mesum tidak lagi terulang.
Selain peran pemerintah selaku institusi yang menaungi masyarakat, Hawari melihat peran ulama begitu esensial. Kata dia, ulama haruslah banyak berperan melindungi masyarakat dari kasus video mesum.
"Tapi sayang, sebagian ulama, banyak yang menyalahi kodrat dengan meninggalkan umat dan memilih bergabung dengan parpol atau organisasi kemasyarakatan," tukasnya.
Dadang menambahkan, umat islam cenderung mengagungkan sisi ritual dari ajaran islam dengan mengutamakan rukun islam dan melupakan rukun imannya. "Kita ini harusnya malu, negara berpenduduk mayoritas Islam tapi banyak koruptornya dan parahnya, angka penderita AIDS-nya cukup tinggi," kata dia.
Dia mengingatkan, bangsa ini perlu perbaikan mental dan spiritual secara mendalam baik melalui pendidikan formil, agama dan keluarga. Hawari khawatir, kelak, bila kecenderungan itu meluas dimana pezinahan dan prilaku maksiat begitu biasa di masyarakat bisa membahayakan perkembangan generasi penerus.
"Kita ini bangsa pelupa, sudah diingatkan masih begitu lagi. Nanti, kalau sudah diberikan azab-Nya, baru taubat," pungkasnya.