REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA--Pengamat perempuan dan anak-anak, Juliana Langowuyo, mengatakan, pemberitaan media massa yang terus-menerus tentang video porno mirip artis, justru akan membuat anak-anak dan remaja penasaran untuk mendapatkan video itu di internet.

"Justru semakin sering dan intens seorang anak dan remaja mendengar dari pemberitaan mengenai video porno mirip artis, dia akan tertantang dan semakin penasaran untuk mendapatkan gambar itu,'' ujar Juliana, Ahad (13/6).

Juliana yang juga aktivis Forum Kerjasama (Foker) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Papua, menambahkan, usia anak dan remaja membuat keingintahuan seseorang benar-benar kuat akan sesuatu, apalagi yang berbau tantangan. "Ada kecenderungan timbul kepuasan pada anak jika dirinya bisa mendapatkan video porno mirip artis itu dan mempertontonkannya pada teman-temannya," jelasnya.

Untuk itu, Juliana mengajak teman-teman- media massa untuk lebih edukatif dalam memberikan pemberitaan. Terutama terhadap sesuatu hal yang dianggap masih tabu bagi konsumssi anak, misalnya video porno mirip artis. "Jangan karena hanya mengejar eksklusif tayangan dan rating televisi, lalu mengabaikan moral dan etika," pesannya.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sendiri, lanjut Juliana, harus berani dengan tegas memberikan sanksi terhadap stasiun televisi yang mengabaikan kode etik penyiaran. "KPI harus tegas, jangan hanya berikan peringatan saja terus-menerus," katanya.

Sementara kepada petugas Kepolisian, Juliana mengharapkan keseriusan dan kecepatan dalam menyelesaikan kasus video porno artis itu."Proses secara hukum jika benar terbukti bersalah, agar menjadi contoh bagi yang lainnya. Masyarakat saat ini juga perlu ketegasan penegakan hukum," tegasnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika