REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS), mengatakan, staf diplomatiknya tidak akan aman setelah militer AS meninggalkan Irak, kecuali ia memiliki kekuatan perlindungan sendiri yang siap tempur. Demikian sebuah peringatan yang sekaligus keprihatinan karena banyaknya miliaran dolar AS yang dikeluarkan untuk tentara Irak dan polisi AS.
Menurut sebuah dokumen Deplu yang dikirim ke Pentagon April lalu, disebutkan bahwa kendaraan dan pesawat yang digunakan oleh Departemen Biro Keamanan Diplomatik untuk melindungi personil di bagian lain dunia 'tidak memadai untuk menghadapi tantangan keamanan yang ekstrim di Irak'.
"Biro akan butuh 'meniru kemampuan militer AS' pada Desember 2011, lanjut dokumen tersebut. Yaitu ketika semua pasukan AS sudah dijadwalkan meninggalkan Irak
Deplu menginginkan adanya 24 personil angkatan darat, helikopter Black Hawk, 50 kendaraan anti-bom, truk kargo berat, trailer bahan bakar, dan sistem pengawasan berteknologi tinggi.
Wakil Deplu untuk manajemen, Patrick Kennedy, menginginkan peralatan yang dipindahkan 'tidak mengeluarkan biaya lebih' dari saham militer.
"Setelah keberangkatan pasukan Amerika, kami akan terus memiliki kebutuhan kritis untuk logistik dan dukungan hidup dari skala besar dan kompleksitas yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Departemen Luar Negeri," kata Kennedy dalam memo kepada Ashton Carter, Menteri Pertahanan bagi akuisisi.
''Tanpa peralatan tersebut, kami bisa pastikan korban akan meningkat,'' demikian bunyi yang tertulis dalam dokumen tersebut.