REPUBLIKA.CO.ID, OSH--Uzbekistan menutup perbatasannya yang selama beberapa hari ini menjadi "pintu" bagi para pengungsi melarikan diri dari kekerasan mematikan di Kyrgyzstan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan makin banyak jumlah etnis Uzbek yang dibantai.
Penutupan itu diumumkan Wakil Perdana Menteri Abdullah Aripov, meskipun permohonan dari kelompok-kelompok bantuan dan PBB untuk membiarkannya terbuka. "Hari ini kita akan berhenti menerima pengungsi dari Kyrgyz karena kami tidak memiliki tempat untuk menampung mereka dan tidak ada kapasitas untuk menghadapi mereka," katanya. Ia menambahkan bahwa Uzbekistan diperlukan bantuan kemanusiaan internasional untuk mengatasinya.
Pasukan pemerintah diduga membantu gerombolan bersenjata pembantaian etnis Uzbek, demikian lembaga-lembaga bantuan penanganan darurat melaporkan. Mayat-mayat masih dibiatkan berserakan di jalan-jalan kota Osh, Kyrgyzstan selatan dimana bunyi tembakan masih kerap terdengar.
Sampai hari ini, diperkirakan sebanyak 100 ribu etnis minoritas Uzbek mengungsi ke negara tetangga Uzbekistan. Menurut Aripov, pihaknya telah mendata 45 ribu orang dewasa dari Kyrgyzstan, sementara pejabat lain mengatakan, ada 65 ribu orang dewasa di wilayah Andijan, Uzbekistan. Badan pengungsi PBB mengatakan telah mengirimkan bantuan untuk 75 ribu orang.
Etnis Uzbek dan Tajik telah membanjiri Uzbekistan dalam empat hari pertumpahan darah di Osh dan Jalalabad, yang telah meninggalkan sedikitnya 170 tewas dan 1.762 terluka. kekerasan itu meledak hari Jumat di Osh ketika etnis Kyrgyz mulai menyerang toko-toko dan rumah etnis Uzbek, memicu ketegangan antara dua kelompok dominan di wilayah yang telah bergolak selama satu generasi.