REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO--Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) Sidoarjo menyerukan agar razia telepon seluler di sekolah-sekolah dilakukan secara hati-hati. Ia menyatakan, jangan sampai niat yang baik justru menjadi kontraproduktif.
"Lakukah hati-hati, jangan malah melukai pikiran pelajar," kata Wakil Ketua P3A SIdoarjo, Suagus Tono.
Menurutnya, jika razia dilakukan untuk mencegah peredaran video porno di kalangan pelajar, katanya, maka cara itu sangat tidak efektif. Seharusnya, para guru Bimbingan Konseling diminta mendekati dengan cara yang berbeda. "Agar mereka terbuka dan tak takut," kata wakil ketua P3A Suagus Tono .
Pendekatan secara personal antara guru Bimbingan Konseling, katanya, penting untuk menumbuhkan kesadaran pelajar terhadap dampak negatif video mesum. Selain itu, juga harus dibarengi dengan komunikasi yang aktif dengan kedua orang tua. "Ada kalanya, orang tua memposisikan diri sebagai sahabat atau teman," ujarnya.
Para guru juga diminta untuk memberikan pendidikan yang sesuai dengan usia remaja. P3A membuka komunikasi dengan remaja sebaya melalui Forum Anak Sidoarjo. Setiap pekan, mereka berdiskusi mengenai banyak hal yang berkaitan dengan perilaku remaja. Salah satunya, membahas internet, situs jejaring sosial dan video mesum.
Menurutnya, dalam diskusi tersebut muncul kesadaran para pelajar atas dampak negatif vide mesum. Namun, selama ini orang tua justru membentak atau memarahi mereka saat membuka dialog. Karena itu, papar dia, harus ada perubahan pendekatan terhadap pelajar dan anak.