REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG--Kepala Satuan Polisi Perairan Tanjungpinang, AKP Bakhtiar BK mengatakan, jaringan perompak di perairan dekat Pulau Sumatra melakukan perompakan di perairan internasional tersebut satu kali dalam satu bulan. "Sepertinya organisasi mereka sudah berjalan lama dan rapi," ujarnya.
Hal itu diungkapkannya menyusul ditangkapnya dua anggota komplotan perompak di Tanjung Pinang. Keduanya ditangkap saat akan mengembalikan kapal cepat yang digunakan untuk merompak ke Sungai Jang, Tanjungpinang.
Salah seorang tersangka perompak, LU mengaku sebelum melakukan perompakan terlebih dahulu mengintai mangsanya yang melewati perairan internasional antara Indonesia dan Malaysia tersebut. "Kami langsung merapat dan memanjat kapal menggunakan tali pada saat kru kapal tertidur," ujar LU.
LU mengaku dirinya menunggu di kapal cepat, sementara delapan orang temannya menaiki kapal tanker yang dirompak dengan membawa senjata tajam berupa parang. "Ada empat orang yang membawa parang dan mereka menyatroni seluruh kamar anak buah kapal (ABK) yang saat itu sedang tidur," katanya.
Menurut dia, saat melakukan perompakan tidak melukai ABK walaupun ada yang melawan. "Parang hanya untuk menakut-nakuti mereka," katanya yang mengaku baru sekali melakukan perompakan. Warga Tanjungpinang tersebut mengaku tujuh orang temannya yang belum tertangkap berasal dari Kota Batam.
Untuk mengantisipasi terjadinya perompakan di laut, menurut Bakhtiar, Polisi Perairan selalu bekerja sama sama dengan pihak Singapura dan Malaysia. "Kami tetap bekerja sama dengan Malaysia dan Singapura, karena perompakan selalu terjadi di perairan internasional dan belum pernah ditemui terjadinya perompakan diperairan Tanjungpinang. Perompak selalu mengincar kapal berbendera asing," jelasnya.