REPUBLIKA.CO.ID, OSH--Presiden sementara Kyrgystan, Roza Otunbayeva, menyatakan jumlah korban kerusuhan etnis di negaranya mungkin berlibat, bahkan hingga 10 kali dari angka yang selama ini dirilis. Berbicara pada media Kommersant Rusia, ia menyebut korban yang mayoritas adalah Muslim banyak ditemukan di daerah pedesaan. Kantor berita Kyrgyz selama ini hanya merilis jumlah korban sebanyak 191 orang.
Dalam sebuah wawancara terpisah di kota Kyrgyz selatan Osh, presiden sementara menyerukan rekonsiliasi antara Kyrgyz dan Uzbek. "Dengan segala cara, kita harus memberikan harapan bahwa kita akan memperbaiki kota, mengembalikan semua para pengungsi, dan menciptakan kondisi yang kondusif. Saya pikir seluruh dunia akan membantu kita, karena kita dua kelompok yang memiliki keinginan baik untuk hidup dalam damai dan persahabatan bersama-sama," kata Otunbayeva.
Seorang pejabat AS pada hari Jumat menyerukan penyelidikan "substansial" dalam kerusuhan yang lebih tepat disebut pembantaian etnis itu. Asisten Menteri Luar Negeri Robert Blake sempat mengunjungi sebuah kamp pengungsi dekat perbatasan di Uzbekistan, di mana ribuan etnis Uzbek melarikan diri dari kekerasan di negara tetangga Kyrgyzstan.
Blake mengatakan ia ingin pemerintah untuk menyelidiki Kyrgyzstan yang melakukan serangan terhadap etnis Uzbek dan menyeret mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan. Ia berencana untuk pergi ke ibukota Kirgizstan, Bishkek, dan akan menyampaikan pesan pribadi pada penjabat presiden.
Blake memuji pemerintah Uzbekistan untuk bekerja untuk mendukung para pengungsi yang membanjiri negara mereka. Sekitar 120 ribu orang telah menyeberangi perbatasan ke Uzbekistan. AS menyatakan komitmen untuk membantu pemerintah Uzbekistan dengan persediaan dan bantuan lain.