REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA--Pemerintah Yunani mengatakan akan menanggung semua biaya ekstra setiap turis yang terjebak di negara itu sebagai sikap industri merespon bencana alam akibat letusan gunung di Islandia.
Penawaran itu bagian upaya pemerintah meningkatkan citra Yunani yang rusak akibat serangan badai krisis dan protes dari penjuru negara terhadap kebijakan ekonomi ketat. Serangan protes masih berlanjut hingga kini meski jumlah bentrok kekerasan telah jauh berkurang.
Sektor pariwisata menghasilkan hampir 20% dari pendapatan negara tersebut. Angka yang cukup tinggi. Namun, saat ini jumlah pemesanan kamar hotel menurun hingga 10 %, demikian ungkap pengamat industri pariwisata setempat.
Pariwisata di negeri dewa-dewi Olimpia juga terpuruk akibat efek letusan gunung berapi di Islandia. Letusan itu menyemburkan abu dalam jumlah masif ke langit hingga beberapa hari, membuat rute penerbangan terhalang.
Tanda Perbaikan
Sikap pemerintah Yunani untuk menanggung biaya ekstra para turis bisa dianggap bahwa kondisi perekonomian negara itu berangsur membaik.
"Kami menjamin akan membayar setiap perpanjangan sewa kamar dan perjalanan bagi setiap pelancong dalam Yunani bila mereka terjebak di sini akibat letusan gunung berapi di Islandia," ujar Menteri Budaya dan Pariwisata, Pavlos Geroulanos.
Pavlos mengatakan turisme mulai terlihat alami pemulihan. Namun, ia juga menukas masih terlalu dini untuk membuat perkiraan akurat terhadap pertumbuhan di sektor itu.
"Yang pasti, angkanya tidak sesuram saat para turis pertama kali membatalkan kedatangan mereka," ujarnya dalam temu wartawan. "Beberapa destinasi pariwisata mengalami keterpurukan akibat krisis, namun yang lain meningkat cukup baik ketimbang sebelumnya,"
Pemerintah Yunani kini menerapkan selimut kebijakan ketat sebagai kompensasi penerimaan dana talangan sebesar 110 milyar euro (sekitar Rp)1.300 triliun) dari Uni Eropa dan IMF.
Tujuan kebijakan ketat itu demi memotong defisit negara hingga kurang dari 3% berdasar GDP untuk anggaran hingga tahun 2014. Saat ini defisit Yunani mencapai 13,6 persen.