REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Kelompok bersenjata menyerbu kantor badan kemanusiaan di Darfur Selatan, Sudan, dan menculik dua pekerja sukarelawan Jerman. Hal ini diutarakan juru bicara pasukan Kelompok Penjaga Perdamaian Internasional, Chris Cycmanick, Rabu (23/6).
Penculikan semacam ini terus meningkat di Darfur sejak 2009 lalu. Ini terjadi menyusul ditangkapnya Presiden Sudan atas tuduhan kejahatan perang di Darfur beberapa waktu lalu.
Menurut Cycmanick kejadian berawal saat tujuh orang bersenjata, termasuk empat orang yang membawa senapan otomatis, memasuki tempat tinggal relawan di Nyala, Darfur Selatan. Ia menuturkan hingga kini, tidak diketahui bagaimana keadaan dua relawan yang diculik. Ia mengatakan hingga Selasa (22/6) malam, pihaknya belum melakukan kontak sama sekali dengan para penculik.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Jerman melalui juru bicaranya Andreas Peschke mengatakan, korban merupakan pekerja Hilfswerk Technisches, sebuah badan negara yang melakukan pekerjaan pembangunan daerah konflik. Mereka burumur 34 dan 52 tahun.
Kini pihak penyidik berwenang di negara itu sedang menginterogasi penjaga keamanan di tempat tersebut. Kebanyakan penculikan di Darfur berakhir dengan menuntut uang tebusan. Namun ada pula yang membuat pernyataan politik.