Selasa 29 Jun 2010 21:51 WIB

Cina: Komentar Obama Tentang Korut, Sembrono

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Media resmi Cina, Selasa (29/6) mengecam Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang mengisyaratkan Beijing menutup mata terhadap tindakan-tindakan Korea Utara. Media itu menyebut pernyataannya itu "tidak bertanggung jawab dan sembrono."

Pada konferensi tingkat tinggi (KTT) F-20 di Kanada pada akhir pekan, Obama mengatakan Cina seharusnya tidak menunjukkan sikap "sengaja menutup mata" atas "sikap pembangkangan" Pyongyang. Obama menegaskan dia telah berbicara blak-blakan kepada Presiden Cina Hu Jintao mengenai masalah itu.

Surat kabat berbahasa Inggris, Global Times, balik menghantam pernyataan pemimpin AS itu, dan mengatakan bahwa dia hendaknya memahami kesulitan Beijing sebelum mempertimbangkan "membuat pernyataan tidak bertanggung jawab dan sembrono tentang peranan Cina di kawasan itu."

Sementara, surat kabar lain menekankan, peranan Beijing sebagai tuan rumah perundingan enam negara tentang perlucutan senjata nuklir Korea Utara yang kini macet. "Itu berarti Cina tidak menutup mata terhadap apa yang Korea Utara lakukan dan tidak dilakukan," tulis surat kabar People's Daily, corong pemerintah yang dikelola oleh Partai Komunis. . "Justru sebaliknya, para pemimpin negara seperti AS yang membutakan mata mengenai usulan upaya-upaya Cina," kata komentar lebih lanjut.

AS dan Seoul telah berusaha menggiring desakan agar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengecam Pyongyang berkaitan dengan tenggelamnya kapal perang Korea Selatan, Cheonan, Maret lalu yang menewaskan 46 pelaut, namun Dewan Keamanan sampai kini belum mengeluarkan kecaman resmi. Cina, sekutu dekat Korea Utara, enggan untuk mendukung kecaman PBB atas tenggelamnya kapal tersebut hingga mereka mendapat kesempatan untuk menguji sendiri bukti dalam insiden itu.

Global Times mengakui bahwa upaya-upaya Cina untuk meyakinkan Korea Utara menyerahkan program nuklirnya tidak seluruhnya berjalan efektif. Namun, mengatakan jalinan kontak Beijing dengan Pyongyang juga sangat penting.

"AS tak bisa mengabaikan fakta bahwa Cina masih memiliki saluran penting untuk melakukan komunikasi efektif dalam situasi ini," kata surat kabar itu. "Menutup saluran-saluran itu hanya akan menyebabkan situasinya buntu, Itu adalah yang bukan dunia inginkan."

sumber : Ant/AFP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement