Oleh KH Didin Hafidhuddin
Keberkahan hidup merupakan dambaan setiap orang, keluarga, maupun masyarakat dan bangsa. Sebab, dengan keberkahan itu setiap orang dipastikan mampu mengatasi berbagai persoalan hidup dan kehidupannya, baik yang berat dan kompleks, apalagi yang ringan dan sederhana.
Sebaliknya, tanpa keberkahan hidup, setiap orang pasti tidak akan mampu menyelesaikan masalah. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali ..." (QS An-Nahl [16]: 92).
Keberkahan hanyalah akan diraih dengan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT sebagai bingkai dan landasan kehidupannya. Keimanan yang bersih, tulus, dan jauh dari perbuatan syirik dalam segala kehidupannya.
Ketundukan dan kepatuhannya kepada aturan Allah SWT, benar-benar telah terinternalisasi ke dalam struktur ruhani dan kepribadiannya, sehingga perilakunya benar-benar mencerminkan ketakwaan. Yakni, melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi semua larangan Allah, seperti ghibah, pergaulan bebas, mempertontonkan auratnya di hadapan khalayak yang ujungnya bebas melakukan perzinaan.
Keimanan dan ketakwaan inilah yang akan melahirkan keberkahan. "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS Al-A'raf [7]: 96).
Sebaliknya, apabila keimanan dan ketakwaan melemah dan diganti dengan kecintaan kepada dunia, maka keberkahan akan diangkat dan dicabut oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila umatku telah mengagungkan dan menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka akan dicabut kehebatan Islam. Dan, apabila mereka tidak mau melaksanakan amar makruf nahi munkar, maka akan terhalang dari keberkahan wahyu (keberkahan dari langit yang bersumber dari ridha dan ampunan Allah)." (HR Tirmidzi).
Karena itu, menghadapi berbagai persoalan yang menimpa umat dan bangsa kita sekarang ini, terutama persoalan akhlak dan moral, hendaknya setiap orang Islam aktif berbuat sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Umat Islam harus menjadi pemain, jangan menjadi penonton. Amar makruf nahi munkar dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, harta, bahkan juga dengan kekuasaan.
Apabila hal ini menjadi bagian dari kehidupan seorang Muslim, keberkahan hidup dari Allah SWT akan diturunkan. Sebaliknya, jika tidak berbuat, apalagi cenderung setuju pada kemunkaran, maka akan tercabut dan terangkat keberkahan hidup dari Allah SWT. Wallahu a'lam.