REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Setelah tiga putaran calon dari koalisi pemerintah CDU/CSU dan FDP, Christian Wulff akhirnya menang dalam pemilihan presiden Jerman. Pemilihannya tidak dilakukan langsung oleh rakyat Jerman, melainkan oleh lembaga perwakilan rakyat Bundesversammlung.
Setelah harus melewatkan waktu lebih dari sembilan jam yang penuh ketidakpastian, Christian Wulff akhirnya terpilih menjadi presiden baru Jerman. Sebelumnya diperkirakan Wulff akan langsung menang pada pemilihan putaran pertama, mengingat koalisi pemerintah CDU/CSU dan Partai Liberal FDP memiliki suara mayoritas dalam Bundesversammlung, majelis yang memilih presiden Jerman.
Christian Wulff memperoleh suara mayoritas mutlak dalam putaran ketiga, setelah mengalahkan calon yang diajukan Partai Sosial Demokrat, SPD dan Partai Hijau, Joachim Gauck. Wulff mendapat 625 suara, sementara yang diperlukan hanya 623. Menurut peraturan, pada putaran ketiga calon yang mendapat suara terbanyak akan menjadi presiden tanpa harus mendapat suara mayoritas mutlak.
Calon dari Partai Kiri, Luc Jochimsen dan calon partai ekstrem kanan NPD, Frank Rennicke, mengundurkan diri dari pemilihan setelah pengumpulan suara tahap kedua. Setelah pengunduran diri calonnya, Partai Kiri menyatakan sebagian besar anggotanya tidak akan memberikan suara kepada calon manapun.
"Hadirin yang terhormat, saya menyatakan, bahwa Christian Wulff dengan demikian terpilih menjadi presiden Jerman yang baru," Ketua parlemen Bundestag, Norbert Lammert membacakan pengumpulan suara terakhir.
Wulff selama ini menjadi perdana menteri negara bagian Niedersachsen. Menurut konstitusi Jerman, presiden tidak boleh memegang dua jabatan sekaligus. Oleh sebab itu Wulff harus mengundurkan diri dari jabatannya.
Di kalangan koalisi pemerintah CDU/CSU dan FDP sebelum pemilihan pun telah timbul kekhawatiran, bahwa sejumlah besar anggota Bundesversammlung dari kubu mereka tidak akan memberikan suara kepada Wulff. Penyebabnya adalah ketidakpuasan sejumlah besar rakyat Jerman atas politik pemerintah yang dinilai tidak menunjukkan kemajuan, karena konflik yang sering terjadi antar partai.
Kanselir Jerman Angela Merkel tampak tegang setelah calonnya, Wulff, harus menunggu sampai pemilihan dilakukan tiga kali sebelum mendapat cukup suara. Ini dinilai sebagai bukti kelemahan Merkel dan kemarahan rakyat terhadap pemerintah
Kekhawatiran itu menjadi kenyataan. Walaupun banyak orang di kubu pemerintah yakin Wulff akan segera menang di putaran pertama, calon yang berusia 51 tahun itu hanya mendapat 600 suara, dan dalam putaran kedua 615. Padalah CDU/CSU dan FDP memiliki 644 kursi di Bundesversammlung. Walaupun pada putaran terakhir mendapat suara mayoritas mutlak, sampai detik terakhir Wulff tetap tidak memperoleh dukungan seratus persen dari kubunya sendiri.