REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Perhelatan piala dunia dan berbagai event lain yang disiarkan via radio mungkin terlihat ketinggalan jaman dan sepele. Namun, hasil riset mengungkap mendengarkan siaran radio tentang piala dunia dalam kendaraan sama berbahaya dengan berkendara sembari mabuk.
Tingkat resiko semakin meningkat bila pengendara yang mendengarkan siaran tersebut merasa memiliki keterikatan emosional dan persoalan finansial lantaran mengikuti sebuah taruhan. Dalam kasus tersebut,
reaksi motoris yang seharusnya bekerja normal menjadi lambat 20 persen.
Sebagai perbandingan, bila mengendarai mobil atau motor dengan kecepatan 70 kilometer per jam sembari mendengarkan siaran olahraga, maka jarak yang dibutuhkan untuk mengerem jauh lebih panjang yakni enam meter. Jarak tersebut tentu lebih panjang ketimbang berkendara dengan kondisi normal.
Guna menyesuaikan dengan konteks, kenaikan jarak yang ditempuh adalah 10 persen ketimbang jarak yang dibutuhkan pengendara ketika mengemudi sembari mabuk 80 mg/100 ml.
Celakanya, berdasarkan studi tersebut, tercatat 50 persen kecelakanan terjadi ketika mendengarkan siaran olahraga via radio dalam kendaraan. Studi juga mencatat kelalaian atau minimnya konsentrasi pengemudi di jalan raya.
Hal itu juga diperparah dengan lambatnya reflek pengemudi terhadap kondisi sekitar kendaraan. Tak sampai disitu, studi juga melihat faktor lain seperti stres dan beradu argumen dengan anak sehingga mengabaikan keselamatan diri.
Salah seorang peneliti, Nick Reed mengungkap dalam kasus pertandingan sepakbola yang berakhir melalui adu pinalti memiliki resiko lebih besar. Karena itu, pengemudi sebagiknya mencari lokasi yang aman guna mendengarkan siaran tersebut tanpa terancam resiko kecelakaan di jalan raya.
Sebelumnya, Nick dan kolega melibatkan 18 partisipan (9 pria dan 9 wanita) dengan rentang usia 25 hingga 45 tahun. Partisipan kemudian diminta untuk mendengarkan radio yang menyiarkan siaran olahraga. Oleh peneliti, partisipan diharuskan menebak hasil balapan kuda.
Bagi kuda yang ditebak berhasil menempati urutan lima besar, peneliti mengganjar mereka dengan bonus £1.50 atau setara dengan Rp. 20 ribu per kuda yang memasuki urutan lima besar.
Sementara itu, Andy Goldby, pakar asuransi dari Direct Line menilai ketika seseorang menjadi seorang penggemar olahraga dan secara emosional dan mental terhubung dengan pertandingan. Maka hal yang terjadi, individu bakal terkonsentrasi mendengarkan radio ketimbang memperhatikan jalan raya.
"Kami berharap, melalui pengungkapan resiko ini dapat memberikan perhatian kepada pengemudi untuk lebih waspada dan tidak terkonsentrasi dengan pertandingan yang disiarkan lewat radio," pungkasnya