Senin 05 Jul 2010 23:46 WIB

Ulang Tahun Kerusuhan Etnik, Cina Perketat Keamanan di Urumqi

Sejumlah pasukan anti huru-hara ditugaskan pemerintah Cina untuk memperketat keamanan di Urumqi
Foto: AP PHOTO
Sejumlah pasukan anti huru-hara ditugaskan pemerintah Cina untuk memperketat keamanan di Urumqi

REPUBLIKA.CO.ID, URUMQI, CINA--Pasukan keamanan didatangkan ke kota Urumqi, Cina, Senin (5/7), pada ulang tahun pertama kerusuhan yang menelan korban jiwa dan meningkatkan ketegangan etnik di wilayah Xinjiang China barat itu. Urumqi, ibu kota wilayah itu dilanda kerusuhan 5 Juli tahun lalu, ketika etnik minoritas Uighur Muslim melepaskan kemarahannya selama puluhan tahun terhadap kekuasaan Cina atas Xinjiang dengan menyerang para anggota kelompok etnik Han Cina yang berpengaruh.

Pada hari-hari berikutnya, massa Han yang marah turun ke jalan-jalan melakukan balas dendam dalam kerusuhan etnik terburuk yang terjadi di China dalam puluhan tahun terakhir. Kerusuhan itu menewaskan hampir 200 orang dan membuat 1.700 lainnya cedera, kata data pemerintah.

Pada Senin, personil keamanan di gelar di daerah permukiman Uighur di Urumqi. Polisi anti huru hara yang bersenjata melakukan patroli Kendaraan-kendaraan polisi juga melakukan patroli di daerah itu.

Polisi bersenjata mengenakan helm dan perisai juga bergerak di pinggiran Taman Rakyat di tengah kota itu, tempat kerusuhan dimulai tahun lalu. Plaza itu telah ditutup karena direnovasi, kata para pekerja bangunan kepada AFP.

"Hari ini benar-benar tegang. Lihatlah ke jalan-jalan. Ada banyak orang di sana dan biasanya pada saat seperti ini selalu ramai," kata Lin Van, seorang sopir taksi etnik Han, 50 tahun kepada AFP. "Para warga Uighur mungkin tidak berani keluar karena ini hari ulang tahun paling rawan."

Cina menyalahkan "para separatis" karena mengatur kerusuhan Juli 2009. Tetapi pihak Uighur mengatakan kerusuhan itu meletus ketika polisi menindak tegas unjuk rasa damai yang dilakukan gara-gara percekcokkan di pabrik pada bulan sebelumnya di hina selatan yang menewaskan dua pekerja migran Uighur.

Pihak aparat keamanan memblokir akses Internet, pesan-pesan pendek dan sambungan telepon internasional-- larangan-larangan yang secara berangsur dicabut. Meski demikian beberapa laman internet berbahasa Uighur tetap tidak dapat diakses.

Sejauh ini, sekitar 300 orang telah dihukum karena peran mereka dalam kerusuhan itu. Paling tidak 26 dari mereka dihukum mati, dan sembilan orang telah dieksekusi, kata laporan-laporan pers.

Amerika Serikat mendesak Beijing untuk lebih transparan dalam menangani kasus-kasus pengadilan menyangkut kerusuhan itu. "Kami mendesak China untuk menjamin hak-hak hukum semua warga China dihormati sesuai dengan standar internasional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Mark Toner, kepada AFP.

Kelompok hak asasi manusia Amnesti Internasional menyerukan penyelidikan yang independen, terhadap Cina atas tudingan menggunakan kekuatan yang berlebihan, penahanan massal, penghilangan paksa, penyiksaan dan perlakuan buruk" para tahanan selama operasi keamanan setelah kerusuhan itu.

Uighur, etnik yang berbicara bahasa Turki, mengaku selama puluhan tahun mengalami penindasan pemerintah Cina dan tidak menginginkan imigrasi Han. Walaupun standar hidup membaik, kelompok Uighur mengeluhkan bahwa sebagian besar pendapatan jatuh ke tangan Han.

Ketegangan di kota itu kembali terjadi September setelah serangkaian serangan--yang menelan banyak korban dan dipersalahkan pada Uighur--menimbulkan protes selama beberapa hari dan menewaskan lima orang. Pihak berwenang yang menjamin kejadian tahun lalu itu tidak akan terulang kembali dengan memasang 40.000 kamera pengawas di seluruh kota Urumqi yang berpenduduk sekitar dua juta, kata media pemerintah. Pelatihan anti huru hara juga dilakukan kepada polisi setempat.

sumber : Ant/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement