REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Sejumlah warga Kota Semarang trauma karena informasi yang mereka peroleh tentang ledakan tabung elpiji tiga kilogram kian sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia. "Kejadian ledakan tabung elpiji di Indonesia beberapa minggu terakhir ini membuat saya enggan berlama-lama di dapur," kata seorang warga Kampung Tampomas, Gajahmungkur, Semarang, Misrini (45), di Semarang, Selasa (6/6).
Bahkan, katanya, peristiwa ledakan yang sering dimuat di banyak media massa membuat dirinya tidak berani menyentuh tabung elpiji itu. "Akan tetapi, kondisi tersebut belum membuat saya beralih ke bahan bakar lainnya," kata dia.
Menuru dia, tidak ada pilihan selain elpiji karena harga bahan bakar lain, seperti minyak tanah yang kini berharga Rp8.500 per litar, tidak terjangkau lagi bagi dia yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima. "Untuk mengantisipasi ketakutan yang saya alami, saya selalu menyuruh orang lain, terutama agen yang menjual tabung elpiji, untuk memasang katup pada tabung elpiji," ungkap Misrini.
Sementara, warga Jalan Kyai Saleh, Semarang, Kiswati (50), mengatakan, informasi tentang korban yang kian banyak akibat ledakan tabung itu membuat ia pun mengalami ketakutan terhadap tabung elpiji. "Saya melihat tabung elpiji tiga kilogram bagaikan sebuah bom waktu," kata dia.
Namun, katanya, dirinya belum bisa beralih ke bahan bakar lainnya akibat ketakutannya tersebut. "Saat ini elpiji masih menjadi bahan bakar yang paling hemat dan murah," kata dia. Sama seperti Misrini, ia pun berusaha mengantisipasi ketakutannya dengan membeli alat tambahan berupa pengaman katup dan regulator yang tidak disediakan oleh pemerintah agar mengurangi potensi kebocoran.
"Saya berharap pemerintah segera mengatasi permasalahan trauma pada masyarakat terhadap ledakan tabung elpiji. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan segera melakukan pembenahan dalam pengadaan perlengkapan pada bahan bakar elpiji maupun melalui penyuluhan," kata Kiswati.
Seorang pedagang di kawasan Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang, Sularni (40), juga mengaku mengatasi ketakutan terhadap ledakan tabung elpiji dengan memilih sendiri tabung elpiji yang akan dibeli.
Pada kesempatan lain pihak PT Pertamina (Persero) menyatakan bersedia mengganti selang elpiji substandar untuk mengantisipasi ledakan tabung asalkan pemiliknya merupakan keluarga sasaran program konversi minyak tanah ke gas. Konsumen juga mendapat kesempatan membeli selang standar SNI dengan harga eks pabrik asalkan mereka membawa tanda bukti bahwa dia pserta program konversi dan selang bekas.
Akan tetapi, hingga saat ini Pertamina belum menentukan mulai kapan penggantian selang elpiji tersebut, yang rencananya akan dilakukan melalui stasiun pengisian bulk elpiji. Berdasarkan data Badan Perlindungan Konsumen Nasional, hingga Juni 2010 tercatat 33 kasus ledakan tabung elpiji dengan delapan korban tewas dan 44 luka-luka.