REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggota Badan Pertimbangan Organisasi (BPO) Himputan Kerukunan Tani Indonesia, sekaligus mantan menteri koperasi di era Orde Baru, Subiakto Tjakrawerdaya mengatakan daya saing petani Indonesia kini cukup rendah. Daya saing petani negeri ini berada di urutan 55 dari 135 negara yang ada.
“Bahkan, nilai tukar petani di Indonesia saja tak pernah sampai 100 hanya 97,27. Jelaslah kalau petani dan kesejahteraannya amat kurang,” katanya saat deklarasi Titiek Soeharto sebagai calon ketua HKTI, di salah satu restoran di Senayan, Sabtu (10/7). Menurutnya, hingga kini petani Indonesia mengalami banyak kesulitan. Hal ini di antaranya terkait pasar dan modal. “Karena itu revitalisasi koperasi untuk petani amat penting,” tutur dia.
Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto mencalonkan diri sebagai ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 2010-2015. Hal ini terkait Musyawarah Nasional (Munas) ke tujuh sekaligus pemilihan ketua HKTI, 12 hingga 15 Juli 2010.
“Saya prihatin dengan nasib petani kita. Dimana-mana kondisinya tak sejahtera. Padahal tulang punggung Indonesia ada di sektor pertanian,” ujar putri ke empat mantan Presiden Soeharto ini pada wartawan Sabtu (10/7). Menurut dia, jika petani dan industri pertanian dapat diatur serta diakomodasi dengan baik, Indonesia bisa kembali menjadi negara swasembada pangan.