REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Insiden bom di dua lokasi nonton bareng Final Piala Dunia 2010 di ibukota Uganda menelan sedikitnya 64 korban tewas. Seorang pejabat senior kepolisian setempat mengatakan, rincian korban yaitu 49 jiwa terbunuh di klub Rugbi Kyadondo dan 15 lainnya tewas di sebuah restoran Ethiopia.
Kepolisian Uganda secara resmi mencatat setidaknya 30 jiwa tewas. "Tapi jumlah ini sangat mungkin bertambah," ujar Kepala Kepolisian Uganda, Kale Kayihura, Senin (12/7).
Di sekitar lokasi ledakan di klub rugbi ditemukan sebuah kepala dan potongan tungkai, mengindikasikan aksi bom bunuh diri. Joann Lockard, juru bicara dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) menyatakan, insiden ini turut menewaskan setidaknya satu orang warganya dan melukai tiga lainnya.
Surat kabar Uganda, New Vision menulis, bom pertama meledak di restoran Ethiopia yang berada di perkampungan imigran asal negara tetangga Uganda itu di Kabalaga. Ledakan terjadi saat turun minum pertandingan antara Spanyol dan Belanda itu. Ledakan kedua di klub rugbi terjadi sekitar pukul 23.18 waktu setempat, tak lama setelah ledakan pertama.
Saksi mata mengatakan, bom meledak di depan layar raksasa yang menyiarkan pertandingan tersebut. Ledakan itu telah membunuh mayoritas korban di tempat duduknya sendiri. "Kami sedang menyaksikan pertandingan dan tinggal tiga menit sebelum usai ledakannya terjadi, suaranya sangat keras," kata Juma Seiko, saksi mata di klub rugbi.
Kayihura menuding, kelompok garis keras dari Somalia, Al-Shabaab, berada di belakang rentetan teror ini. Karena, dua anggota Al-Shabaab yang direkrut dari komunitas di AS pernah melakukan aksi pemboman di Somalia. Jika tuduhan ini benar, maka insiden pada nonton bareng Piala Dunia 2010 ini menjadi aksi mereka yang pertama di luar Somalia.
Menurut Kayihura, ledakan di perkampungan Ethiopia kemungkinan ditujukan untuk menyerang ekspatriat. Selain Al-Shabaab, Uganda juga dibayangi pergerakan organisasi militan lainnya. "Kami harus waspada terhadap karakter berotak iblis yang telah memperingatkan kami, seperti ADF (Allied Democratic Forces) dan Lord's Ressistance Army," ucapnya.
Ancaman dari Somalia
Selain itu, juga terjadi ledakan di Bwaise, namun belum dipastikan hubungannya dengan dua bom yang lain. Walau demikian, acara nonton bareng di Kamwokya dan Ntinda, dua distrik yang banyak dihuni warga negara asing, berlangsung damai. Sebuah komunitas warga negara Belanda di Kamwokya menggelar kegiatan tersebut di Restoran Iguana tanpa gangguan apapun.
Uganda, kekuatan ekonomi nomor tiga di Afrika Timur, telah mengundang miliaran dolar AS investasi asing, terutama di sektor perminyakan dan pasar uang. Selama dua dekade terakhir, situasi Uganda relatif stabil. Namun, pebisnis kerap mengeluhkan ancaman dari negara tetangganya, Somalia.
Melalui Dewan Keamanan Nasional, Presiden AS Barack Obama mengatakan dirinya turut berduka cita yang mendalam atas hilangnya nyawa dari serangan yang patut disesali dan pengecut ini. "Pemerintah AS siap memberikan bantuan apapun yang diminta pemerintah Uganda," kata Mike Hammer, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Sebelumnya, Presiden Somalia, Syaikh Syarif Ahmad, mengatakan bahwa dirinya cemas dengan jumlah militan yang mengancam kestabilan keamanan di kawasan tersebut. "Jumlah itu mengisyaratkan membesarnya ancaman terhadap keamanan," jelasnya, Sabtu.