Selasa 13 Jul 2010 02:35 WIB

Kapolri: Pemukulan Tama Bukan Kriminal Biasa

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Endro Yuwanto
ICW
ICW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kapolri Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri menyatakan, kasus pemukulan yang terjadi terhadap peneliti hukum Indonesian Corruption Watch (ICw) bukan tindak kriminal biasa. Pernyataan Kapolri tersebut disampaikan oleh Koordinator Komisi untuk Tindak Kekerasan dan Orang Hilang (Kontras), Usman Hamid, usai bertemu dengan Kapolri di Mabes Polri, Jakarta, Senin (12/7).

"Secara pribadi, Kapolri menegaskan itu bukan motif kriminal biasa,"ujar Usman kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta. Dalam pertemuan selama 20 menit tersebut, Usman bersama dengan tokoh-tokoh Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya, seperti Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW), Danang Widoyoko, Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Hendardi, dan Direktur Program Imparsial, Al Araf.

Menurut Usman, Kapolri sempat mengatakan, berdasarkan bukti sementara, penganiayaan terhadap Tama adalah tindakan terencana secara matang. Polisi sendiri, ungkap Usman, masih mengumpulkan bukti-bukti selanjutnya untuk menangkap pelaku kekerasan terhadap Tama.

Sementara itu, Koordinator ICW, Danang Widoyoko menjelaskan, Kapolri meminta waktu untuk menginvestigasi kasus tersebut hingga satu pekan. Menurutnya, meski masih ada kesulitan karena saksi sedikit dan kondisi yang gelap, namun Polri sudah mengidentifikasi siapa pelaku dan dari kelompok mana pelaku penganiayaan tersebut. "Namanya belum bisa diumumkan tapi kelompoknya sudah diketahui," tuturnya.

Ketua Badan Pelaksana Setara Institute, Hendardi, menjelaskan berbagai peristiwa belakangan yang terjadi terhadap Majalah Tempo dan aktivis ICW, sangat mudah untuk dikaitkan dengan polisi. Untuk itu, Hendardi mendesak agar polisi serius untuk mengungkap kasus tersebut.

Lebih lanjut, ujar Hendardi, polisi harus dapat menjelaskan kepada publik tentang apa yang terjadi. Apakah peristiwa tersebut merupakan bentuk dari rekayasa atau tidak. "Itu baru bisa menjawab keraguan dan kecurigaan masyarakat," jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement