YOGYAKARTA--Media massa terutama televisi di Indonesia tampaknya semakin jauh terseret dalam carut-marut dan kekacauan informasi, bahkan sering menonjolkan berita yang sensasional daripada yang substansial, kata Guru Besar Komunikasi dari Universitas Indonesia Alwi Dahlan.
"Media massa sering tidak bisa membedakan antara isu privat yang hanya penting bagi segelintir orang dengan isu yang benar-benar terkait dan berdampak pada kepentingan masyarakat luas," katanya ketika menjadi pembicara pada lokakarya disinformasi politik di media televisi, di Yogyakarta, Selasa.
Ia mengatakan masalah yang pribadi seperti kasus video porno mirip tiga artis terkenal ternyata lebih ditonjolkan dalam wacana publik, yang seolah-olah akan menentukan hidup atau matinya negara. "Padahal banyak isu yang lebih penting, misalnya kasus Bank Century, makelar kasus, kenaikan harga barang kebutuhan pokok di sejumlah daerah, serta kenaikan tarif dasar listrik," katanya.
Menurut dia, carut-marut informasi publik dan kekacauan komunikasi politik juga dirasakan dalam berbagai kasus besar seperti Bank Century dan Susno Duaji yang selama ini menyita perhatian masyarakat luas. "Pemberitaan atas kasus tersebut tidak dapat memberikan gambaran yang jernih, walaupun disiarkan terus-menerus dan diulang-ulang," kata Alwi Dahlan.
Pola pemberitaan seperti ini, menurut dia tidak akan membantu mencerdaskan masyarakat, justru akan menyebabkan masyarakat ikut terbawa arus kekacauan informasi. "Keadaan seperti itu lambat laun akan menghilangkan kredibilitas dan kepercayaan terhadap media, serta praktisinya, terutama praktisi televisi," katanya.
Ia mengatakan banyak potongan informasi yang muncul sebentar, kemudian menghilang dari wacana publik. "Lama kelamaan publik menjadi apatis terhadap proses pemerintahan yang baik dan transparan," katanya.