REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tim Investigasi Independen Kasus Penyerangan Aktivis ICW, Tama Satrya Langkun, menemukan keterlibatan oknum aparat hukum. Selain itu, Tama disinyalir menjadi target tindak kekerasan akibat pelaporan kasus rekening gendut perwira Polri.
Tim investigasi yang terdiri dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menghasilkan dua kesimpulan. "Tama merupakan target kekerasan sejak pelaporan dan advokasi sejumlah rekening gendut Polri," sebut Wakil Ketua KontraS, Haris Azhar, di kantornya, Rabu (21/7).
Selanjutnya, imbuh Haris, tim berasumsi jika ada satu kelompok kecil di korps baju coklat yang mengetahui aktivis ICW potensial dikorbankan. Indikasinya diawali saat ICW bersama Koalisi Masyarakat untuk Reformasi Polri melaporkan dugaan rekening tak wajar petinggi Polri berinisial BG ke Satgas Pemberantasan Mafia Hukum dan KPK pada 17 Juni lalu. Tama adalah salah satu perwakilan pelapor.
Setelah itu,Tama hadir di talkshow TVOne pada 30 Juni. Namun, esok dini harinya, dua orang misterius meloncati pagar kantor ICW, Jalan Kalibata Timur IVD, Jakarta Selatan (Jaksel), dan mengutak atik motor Yamaha Vixion milik Tama.
Yang lebih aneh, imbuh Haris, pada 5 Juli silam, mantan teman kuliah Tama menelepon untuk memintanya agar bertemu seorang anggota Polda Metro Jaya AKBP Suparmono untuk menawarkan bantuan keamanan pada Tama. Sebagai tindaklanjutnya, dua hari kemudian, AKBP Suparmono datang bersama seorang bawahannya dimediasi kedua teman Tama di kantor ICW pada pukul 21.00 WIB. Esoknya, Tama dianiaya.
"Ini berarti kepolisian telah mengetahui Tama individu yang potensial mengalami ancaman dan kekerasan," jelas Haris.
Ketua LBH Jakarta Nurkholis Hidayat menyebutkan, kinerja tim investigasi berdasarkan penelusuran langsung di lapangan. Seluruh temuan, sebut dia, sudah disampaikan ke penyelidik Polres Jaksel. Serta dilakukan pendampingan terhadap Tama selama pemeriksaan.
Sedangkan Koordinator ICW Danang Widoyoko menegaskan,indikasi keterlibatan oknum Polri sangat kuat dari sejumlah keganjilan. Misalnya, sasarannya adalah Tama yang profilnya belum dikenal terlalu luas. "Seharusnya kunjungan sebelum kejadian itu berbuah laporan untuk mengecek ICW. Dan apakah kunjungan itu di luar koordinasi?" cetusnya.
Atas temuan sementara tersebut, tim investigasi mendesak pemerintah harus membentuk tim khusus investigasi kekerasan terhadap pegiat antikorupsi.