REPUBLIKA.CO.ID,NEWYORK--Penolakan terhadap pembangunan masjid di Amerika Serikat kian gencar belakangan ini, khususnya setelah bergabungnya mantan calon wapres AS Sarah Palin dalam demonstrasi menentang pembangunan masjid di dekat ground zero di eks Gedung WTC. Tak hanya menolak pembangunan masjid didekat ground zero, masyarakat AS juga menentang keberadaan masjid di tempat lain.
Terakhir, ratusan masyarakat di sebuah kota kecil di Tennessee menentang pembangunan masjid di kotanya dan warga Temecula, California juga menolak rencana komunitas Muslim setempat untuk membangun masjid yang lebih besar. Alasannya, masyarakat AS takut masjid-masjid itu dijadikan tempat persemaian Islam radikal.
Ketua Studi Islam di American University's School of International Service, Profesor Akbar Ahmed, mengaku tidak terkejut kian meningkatnya protes penentangan pembangunan masjid itu. Bahkan tahun lalu, dia telah meninjau langsung lebih dari 100 masjid di 75 kota di AS untuk membuat penelitian. Hasilnya, penentangan dan serangan terhadap masjid kian meningkat. ''Di mana ada masjid, di situ sekarang mencuat ketegangan,'' sesalnya.
Ahmed percaya sebagian besar warga Amerika tidak mengetahui aktivitas ibadah di dalam sekitar 2.000 masjid di negeri itu. Akibat kurangnya pengetahuan itu, membuat mereka takut dan memunculkan sentimen anti-Muslim. ''Komentar dari tokoh masyarakat seperti Sarah Palin memperburuk masalah,'' kritiknya.
Jim Zogby, Kepala Institut Arab-Amerika, sebuah kelompok riset nirlaba, mengatakan tak cukup banyak orang dalam kehidupan publik Amerika membela hak umat Islam untuk beribadah. ''Sedikit yang mampu membela, dan hasilnya adalah saya pikir Muslim semakin mengkhawatirkan keamanan mereka di negeri ini,'' katanya. ''Ini adalah sesuatu yang mengkhawatirkan.''
''Penentang masjid merasa lebih bebas sekarang untuk secara terbuka menolak keberadaan sebuah masjid di komunitas mereka,'' kata Ibrahim Hooper, juru bicara Council on American-Islamic Relations, sebuah organisasi advokasi Muslim. ''hanya baru-baru ini, saya pikir, bahwa orang merasa nyaman mengungkapkan kefanatikan mereka secara terbuka.''