REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Para pasien di Jerman Timur menjadi kelinci percobaan para dokter yang merawat mereka selama rezim komunis masih menguasai negara itu sebelum penyatuan dua Jerman. Dokumen yang ditemukan oleh media MDR menunjukkan bahwa pasien yang tidak begitu beruntung akan sekarat setelah tes, setelah menjadi alat uji coba obat oleh perusahaan farmasi tanpa sepengetahuan mereka pada tahun 1980-an.
Majalah Spiegel pertama kali dilaporkan pada tahun 1991, dua tahun setelah jatuhnya Tembok Berlin, bahwa dokter di rumah sakit Charite terkenal di Berlin Timur telah mengujikan bekas obat eksperimental pada pasien tanpa sepengetahuan mereka.
Tetapi menurut penelitian oleh MDR penyiaran publik, rumah sakit lain di bekas Republik Demokratik Jerman (GDR) juga terlibat. "Sebanyak 2.000 pasien menjadi korbannya," kata produsen MDR, Stefan Huge.
Seorang wanita, Karin Forner, mengatakan bahwa ibunya hanya diberi tempat tidur di rumah sakit Plauen dekat Dresden pada tahun 1989. Ibunya diberi obat antidepresan yang disebut Brofaromin dibuat oleh perusahaan farmasi Ciba Geigy, sekarang bagian dari raksasa Novartis Swiss, yang tidak pernah dirilis di pasar. Setelah itu, sang ibu kehilangan banyak berat badannya, berhenti bereaksi terhadap dunia luar, dan hampir sekarat. Dia pulih setelah Forner membujuk dokter untuk memberikan obat yang berbeda.
Sejauh ini, belum ada tanggapan dari pejabat berwenang terkait hal itu.