REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI--Satu dekade lalu, kota Shanghai masih memiliki lima toko dealer menjual Buick, merek keluaran General Motors terlaris di Cina. Kini di kota itu ada 27 dealer.
Dan kerumunan pembeli yang memenuhi toko-toko itu sebagian besar adalah kaum muda. Mereka bahkan siap membayar tunai dan cenderung tak tertarik menawar harga yang tertempel di stiker
Ketika GM bersiap menawarkan saham ke publik tahun ini, Cina muncul sebagai elemen krusial dari daya tarik GM di mata investor. Yang mengejutkan pula ada pembayaran di muka dari wajib pajak AS, yang sebenarnya telah mulai menyusutkan 61 persen kepemilikan sahamnya dari perusahaan otomotif asal Detroit itu.
Hanya dalam paruh pertama tahun ini penjualan GM di Cina meningkat 48 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Juga, untuk pertama kalinya, produsen mobil itu menjual lebih banyak kendaraan di Cina ketimbang di Amerika Serikat. Hanya 13 tahun setelah menembus pasar Cina, GM kini bisa mengatakan negeri tirai bambu itu menyumbang seperempat dari penjualan global--pertumbuhan sangat pesat yang bahkan tak diprediksi secepat ini oleh GM.
"Cina menjadi potongan besar nilai perusahaan," ujar wakil presiden GM bidang strategi perusahaan dan pengembangan bisnis, Stephen J Girsky. "Sejak kita berhasil memanen uang tunai dari Cina, sungguh sangat membantu mendanai investasi di bagian lain perusahaan," uijarnya
Pengamat memperkirakan nilai GM kini melonjak, dari semula 50 milyar dolar AS (sekitar Rp.460 T) menjadi 90 (sekitar Rp820 T) dengan Cina menambah sekitar 15 milyar dolar dari keseluruhan nilai. Pada 2009, pemerintah AS telah mengucurkan dana talangan sebesar 43 milyar dolar ke GM dalam bentuk saham ekuitas yang diharapkan akan terjual dengan laba begitu GM menjadi perusahaan terbuka. Dalam taksiran, dengan nilai penjualan saham mencapai 70 milyar dolar AS atau lebih sudah membuat pemerintah memetik keuntungan untuk atas sahamnya.
Pekan ini, GM bahkan mengumumkan akan mengeluarkan tujuh merek lagi bertipe mobil berpenumpang sedikit. Sungguh ironis mengingat GM di AS memangkas penjualan hanya empat merek yakni Pontiac, Saab, Saturn dan Hummer selama periode kebangkrutan mereka.
Ini bukan sejenis trategi investasi menggoreng cepat di atas wajan," ujar pengamat ekonomi dari firma riset Otomotif IHS. "Selama proses kebangkrutan, GM Cina menjdi daging beacon di malam hari yang selalu dimiliki GM di dompet saku belakang dan Cina menjadi gigi utama dalam mesin uang GM ke depan.
Pesona Buick dan Tanpa Diskon
Merek Buick adalah bintang perusahaan. Difavoritkan oleh kaisar terakhir Cina, Buick dipersepsikan sebagai lambang prestis dan gaya, jauh berbeda dengan citra dalam benak warga Amerika. GM hampir menjual satu juta unit Buick di negara ini tahun lalu, hampir lima kali lipat dari penjualan di dalam negeri AS.
Saya begitu terpikat dengan bentuk mobil ini," aku Xu Tianpei, yang baru saja membeli Buick Regal di toko dealer Yongda di Shanghai seharga 34 ribu dolar AS (Sekitar Rp350 jutaan) termasuk pajak dan asuransi.
General Manajer di dealer itu, Shen Hui, mengatakan praktek diskon sangat jarang dilakukan, begitu pula tawar menawar. Itu terkait psikolis pasar di Cina yang selama bertahun-tahun selalu mengalami kelangkaan barang, apalagi jenis mewah.
"Orang-orang tak akan memberi barang-barang yang didiskon karena mereka pikir harga akan tetap jatuh ke belakang nanti," ujarnya. "Namun ketika tidak ada diskon dan pasokan ketat alias minim, mereka akan cemas bila nanti tak ada stok mobil dijual," tuturnya.
Kini, GM mulai berharap dapat menjual lebih dari tiga juta mobil dan truk di Cina saban tahun hingga 2015 nanti. Mulai Januari hingga Juni tahun ini saja, GM sudah menjual 1,2 juta kendaraan, dibanding 1,08 juta di AS. Penjualan di Cina pada 2010 pada setengah tahun pertama telah melampaui empat kali lipat penjualan Ford Motor Company.