REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah memangkas pembiayaan untuk menutupi defisit anggaran melalui pengurangan target penerbitan surat utang dan penggunaan saldo anggaran lebih (SAL). Pemotongan itu dilakukan seiring dengan diturunkannya proyeksi realisasi defisit APBN P 2010 dari 2,1 persen Produk Domestik Bruto atau sekitar Rp 133,7 triliun menjadi 1,5 persen atau sebesar Rp 95,1 triliun.
Direktur Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengatakan, pemerintah belum memutuskan rincian utang yang akan dipangkas. Namun pengurangan itu akan melihat sisi efisien dan risiko dari pembiayaan tersebut.
"Kita akan melihat utang dari mana yang paling memungkinkan untuk kita kurangi sehingga biaya lebih efisien. jadi yang memberikan efisien paling tinggi dan juga resiko paling minimal," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto, Selasa (27/7).
Dalam dokumen yang dilaporkan pemerintah kepada Badan Anggaran Senin (26/7), total realisasi penghematan pembiayaan non utang dan utang sebesar Rp 38,7 triliun. Untuk realisasi pembiayaan non utang 2010 lebih rendah Rp 22 triliun disebabkan pengurangan penggunaan saldo anggaran lebih (SAL) dari target APBN P 2010. Penggunaan SAL diturunkan dari Rp 39,3 triliun menjadi Rp 17,3 triliun.
Sementara realisasi pembiayaan utang lebih rendah Rp 16,7 triliun dari target APBN P 2010 sebesar Rp 108,4 triliun. Sehingga realisasi sampai dengan akhir tahun diperkirakan Rp 9,1 triliun.
Turunnya pembiayaan utang itu disebabkan oleh beberapa faktor yakni pengurangan utang sebesar Rp 15,5 triliun, pembayaran cicilan pokok utang turun dari Rp 54,1 triliun menjadi Rp 53,1 triliun dan penarikan utang luar negeri bruto yang lebih rendah dari Rp 70, 8 triliun menjadi Rp 68,5 triliun.
Menurut Rahmat, pemerintah tengah mempertimbangkan kombinasi pengurangan utang dari obligasi valas (surat utang berdenominasi asing) dan penerbitan surat berharga negara domestik. Kombinasi itu juga bisa dalam bentuk pengurangan penerbitan yang jatuh tempo jangka pendek dan jangka panjang.
"Kan pinjaman luar negeri sejak dulu memang sudah negatif sekarang apa kita kurangi lebih banyak lagi pinjaman luar negeri, kita lihat mana alternatif yang memberikan kontribusi yang optimal dalam pengurangan biaya maupun pengurangan risiko," papar Rahmat.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, turunnya defisit anggaran menyebabkan pemerintah mengurangi target pembiayaan baik utang maupun non utang. Totalnya antara Rp 37 triliun sampai dengan Rp 38 triliun.
Target pembiayaan defisit itu akan diturunkan dari kombinasi pengurangan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan penggunaan sisa anggaran lebih (SAL). Penggunaan SAL hanya akan dikeluarkan Rp 17,3 triliun dari target sebelumnya Rp 39,3 triliun. Sisa SAL bisa dipakai untuk pembiayaan awal tahun 2011 mendatang. Penurunan ini tidak perlu mendapatkan persetujuan dari DPR.
Meski demikian, lanjut Menkeu, keseluruhan ini baru hanya prognosa supaya pemerintah dapat melakukan perencanaan anggaran dengan baik dan prudent. "Ya kalau prudent kita tidak perlu menurunkan," tukasnya.
Sementara itu realisasi pembiayaan utang semester pertama 2010 lebih tinggi Rp 5 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tingginya realisasi itu disebabkan karena pencairan utang program yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yakni Rp 3,3 triliun menjadi Rp 10,9 triliun. Kemudian pembayaran cicilan pokok utang luar negeri juga lebih rendah dari seharusnya Rp 35 triliun menjadi Rp 25,9 triliun.
Realisasi pembiayaan non utang semester pertama 2010 juga tercatat lebih tinggi Rp 1,9 triliun dari realisasi semester pertama 2009. Hal itu disebabkan karena rekening dana investasi (RDI) yang lebih tinggi dari rencana awal Rp 1,1 triliun menjadi Rp 2,7 triliun. Begitupula dalam hasil pengelolaan aset yang lebih besar Rp 0,2 triliun.