REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Tim Nasional (BTN) sepak bola tetap memilih naturalisasi beberapa pemain asing berdarah Indonesia untuk program jangka pendek. Program ini diterapkan demi mencapai prestasi puncak sepak bola di ajang Piala AFF 2010, Desember nanti.
Meski demikian, kebijakan itu mendapat kritik dari pelbagai kalangan. Mantan pemain timnas Indonesia menganggap, hal itu berlebihan.
Ketua BTN, Iman Arif, menyebutkan seorang pemain naturalisasi setidaknya bisa memperkuat Indonesia selama tiga tahun. “Setelah tiga tahun, tim senior akan digabung dengan para pemain muda yang saat ini juga sedang dibangun. Jadi, naturalisasi bukan hal yang negatif,” kata Iman, Selasa (27/7), di Jakarta
BTN tengah mengupayakan pemberian kewarganegaraan kepada sejumlah pemain berdarah Indonesia. Mereka antara lain adalah Serginho “Sergio” Van Dijk, Donovan Partosoebroto (Belanda), Kim Jefferey Kurniawan (Jerman), serta Alessandro Trabuco (Italia). Keempatnya dikabarkan tengah menjalani proses di kantor imigrasi untuk mendapatkan status sebagai warga negara Indonesia (WNI).
Iman menyebutkan kepastian tentang keluarnya status sebagai WNI kemungkinan akan diketahui pada September mendatang. “Untuk Sergio, kami akan membuka komunikasi dengan KNVB (Federasi sepakbola Belanda), agar haknya tampil di liga Eropa dan liga Belanda, tidak dicabut jika mendapatkan status sebagai WNI. Sergio istimewa karena dia yang menawarkan dirinya tanpa diminta untuk memperkuat timnas Indonesia,” kata Iman.
mantan bek tangguh Patar Tambunan pun memberi masukan. “PSSI harusnya memperbaiki pembinaan usia muda yang mandek, tak perlu naturalisasi. Masih banyak potensi dan bakat yang lebih baik dari mereka,” katanya.
Mantan pemandu bakat BTN, Risdianto, mengatakan bahwa naturalisasi bukan hal tabu asalkan pemain asing itu sendiri yang mengajukannya. “Legenda bulu tangkis Ivana Lie baru mendapatkan kesempatan naturalisasi karena sudah mengharumkan nama Indonesia. Ini yang harusnya dicontoh PSSI. Bukan seperti sekarang yang menawarkan kewarganegaraan terhadap pemain yang belum jelas prestasi dan nasionalismenya,” ujar Risdianto.
Hal senada juga diungkap eks pemain nasional Ricky Yakobi. Ia merasa miris mendengar rencana PSSI mengajak pemain-pemain berdarah Indonesia yang kini merumput di liga-liga Eropa dan Australia untuk memperkuat tim nasional di ajang internasional.
“Saya rasa naturalisasi sangat berbelit-belit dan buang waktu serta biaya. Lebih baik uangnya dialihkan ke pembinaan usia muda saja,” kata Ricky.