Jumat 30 Jul 2010 02:25 WIB

Penurunan Dolar Dorong Minyak Berbalik Naik di Asia

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA--Harga minyak berbalik naik di perdagangan Asia pada Kamis (29/7), dengan aksi buru harga murah dibantu oleh penurunan dolar. Tapi analis mengatakan sentimen menderita dari lebih lambatnya permintaan energi Amerika Serikat dan melemahnya pasar saham.

Para analis mengatakan harga minyak tidak akan melepaskan diri dari tingkat psikologis 80 dolar dalam waktu dekat karena pemulihan ekonomi global masih menghadapi beberapa tantangan.

Selain itu, negara-negara pengkonsumsi dan penghasil minyak tampak nyaman dengan kisaran harga saat ini 70-80 dolar per barel, kata mereka.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman September, naik 20 sen menjadi 77,19 dolar per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea, London, untuk penyerahan September naik 12 sen menjadi 76,18 dolar.

Analis mengatakan melemahnya dolar mendorong beberapa pembelian. Minyak diperdagangkan dalam mata uang AS, sehingga bagi pemegang mata uang kuat, komoditas itu jadi lebih murah.

Dolar melemah di perdagangan Asia, Kamis, setelah peringatan dari Federal Reserve Amerika Serikat bahwa ekonomi terbesar di dunia itu melambat di beberapa negara bagian. Badan itu juga membenarkan pandangan bahwa pemulihan tengah melambat.

Pasar saham Asia juga jatuh Kamis tertekan kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi AS.

Ken Hasegawa, manajer bidang energi pada broker Newedge di Tokyo, mengatakan harga minyak kemungkinan besar akan di perdagangkan dalam kisaran itu dalam waktu dekat. "Kami membutuhkan pemulihan yang sangat kuat di seluruh dunia untuk melihat peningkatan tajam dalam harga minyak," katanya kepada AFP.

Laporan kenaikan tajam tak terduga di cadangan minyak mentah AS lebih lanjut menekan pasar minyak, yang sudah menderita akibat pengaruh melemahnya keyakinan konsumen Amerika. Departemen Energi AS mengatakan persediaan minyak mentah telah melonjak 7,3 juta barel minggu lalu. Para analis mengharapkan penurunan stok sebesar 1,4 juta barel.

Stok bensin naik 100.000 barel, di bawah prediksi analis naik 500.000 barel, dan sulingan, yang termasuk minyak pemanas dan diesel, naik 900.000 barel. Kenaikan stok menunjukkan permintaan pasar lebih lemah. Sebagai bangsa yang mengkonsumsi energi terbesar, pola konsumsi AS berpengaruh besar di pasar minyak.

sumber : Ant/AFP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement