REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Asisten Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Samantha Power tidak menampik fakta adanya krisis kepercayaan sebagian warga Indonesia kepada AS akibat sepak terjang dan kebijakan politik luar negerinya."Saya tidak berharap Amerika Serikat akan dicintai setiap orang. tapi yang lebih penting adalah (bagaimana menjaga) sikap saling menghormati, kepentingan bersama, dan saling memahami," katanya dalam sesi tanya-jawab forum Dewan Indonesia untuk Masalah Internasional (ICWA) di Jakarta, Senin malam.
Direktur senior bidang multilateral dan hak azasi manusia (HAM) di Dewan Keamanan Nasional (NSC) AS ini mengatakan, ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah tidak hanya dirasakan AS melainkan juga fenomena global.
Khusus memperbaiki tingkat saling percaya masyarakat kedua negara, Samantha Power menggarisbawahi pentingnya kerjasama pendidikan dan keterhubungan generasi muda kedua negara melalui jejaring sosial internet dan saling mengunjungi.
Samantha Power mengangkat topik "Indonesia dan peranan negara-negara demokratis yang sedang tumbuh sebagai pemimpin dunia" saat menjadi pembicara tamu di forum ICWA. Dia datang hanya 10 hari setelah kunjungan Menteri Pertahanan AS Robert M.Gates ke Jakarta.
Sebelum bergabung dengan pemerintahan Presiden Barack Obama sejak November 2008, Samantha Power tercatat sebagai profesor mata kuliah kebijakan luar negeri AS, HAM dan ekstremisme di Universitas Harvard.
Pemenang Pulitzer untuk bukunya "A Problem from Hell: America and the Age of Genocide" (2002) ini juga merupakan penulis dan pernah menekuni karir sebagai wartawati.
Majalah Time juga memilih Samantha Power sebagai salah satu dari 100 ilmuwan dan pemikir hebat dunia tahun 2004."Ini adalah kesempatan guna membicarakan visi Presiden Obama di depan masyarakat Indonesia," katanya.
Samantha Power dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pejabat senior Kementerian Luar Negeri RI dan wakil masyarakat sipil Indonesia sebelum kembali ke AS Selasa.