REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Sebuah pemantauan terbaru dari Badan Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA) menunjukkan bahwa minyak di Teluk Meksiko sudah tidak terlihat. Meski hasil sejalan dengan langkah yang dilakukan British Petroleum, menyegel sumur minyak yang meledak, hilangnya minyak tumpah itu belum berarti dampak tumpahan minyak sudah berlalu.
Efek buruk dari tumpahan minyak dapat berlangsung terus selama bertahun-tahun bahkan keberadaan minyak pada tingkat mikroskopis. Para pejabat Amerika mengumumkan hampir 70 persen dari tumpahan minyak telah berbaur secara alami dengan air, terurai atau dibakar, sehingga di atas permukaan air hampir tidak ada tumpahan minyak yang dapat terlihat.
Pada saat yang sama, upaya penutupan sumur minyak lewat penyegelan sumur dengan semen menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Baik NOAA maupun Badan Survei Geologis AS (USGS) dalam laporan lima halamannya mengungkapkan kini hanya tersisa 52,7 juta galon minyak yang tersisa di Teluk.
Jumlah ini sekitar 31 persen dari 172 juta galon yang tumpah ke Teluk Meksiko dari sumur BP yang meledak sejak awal. Namun, sisa tumpahan itu jumlahnya masih lima kali lipat dari minyal yang meluap pada peristiwa Exxon Valdez, 1989.
"Saya kira cukup aman untuk mengatakan bahwa banyak skenario buruk yang kita bicarakan tidak akan menjadi kenyataan," kata juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, pada pertemuan dengan ilmuwan NOAA.
Penyebab utama dibalik menghilangnya sebagian minyak tumpah di permukaan air berkaitan dengan ketahanan alami dari Teluk Meksiko yang kaya dengan mikroba pemakan minyak. Selain itu ada kecenderungan alami minyak dalam air laut menguap dan larut menjadi setengah dari volumenya dalam seminggu.