REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Kontroversi pelarangan penggunaan cadar yang tengah berlangsung di Eropa membuat anggota Partai Konservatif Inggris, Sayeeda Warsi gemas. Perempuan muslim pemilik gelar bangsawan baroness berusia 39 tahun ini menilai masyarakat barat menelanjangi kebebasan mereka sendiri.
Menurut dia, seluruh pemerintahan di Eropa membolehkan perempuan untuk melakukan apapun dan menjadi apapun. Namun, ketika berbicara tentang cadar, Warsi melihat masyarakat barat seolah lupa dan hanya menitik beratkan pada persoalan keamanan ketimbang hak asasi masyarakatnya.
Wanita yang juga menjabat menteri tanpa departemen pada kabinet David Cameron ini melihat banyak contoh perempuan Inggris yang mengenakan hijab begitu sukses dengan karirnya. Karena itu, menteri perempuan muslim pertama di Inggris itu meminta agar perempuan Inggris tetap dibiarkan bebas mengenakan apapun sesuai dengan pilihannya.
"Mengapa harus mengatur perempuan untuk mengenakan pakaian yang ia pilih? Intinnya kan pilihan. Jika perempuan tidak memperoleh pilihan atas apa yang mereka pakai tentu mereka akan tertekan," kata Warsi. "Sebaliknya, jika perempuan telah memiliki pilihan dan mereka bebas mengenakan apa yang ia suka tentu tidak akan tertekan, "lanjutnya seperti dikutip dari The Guardian, 4 Agustus.
Ia juga menyatakan, wanita yang mengenakan cadar bukan berarti tidak boleh terlibat dengan kehidupan sehari-hari. Warsi mengungkap tak sedikit perempuan bercadar yang mampu menjalani bisnis dengan baik. Apalagi, kata dia, bisnis di zaman serba canggih tidak sepenuhnya berlangsung secara tatap muka. "Prinsipnya adalah kesetaraan dan kesempatan," kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Lingkungan, Caroline Spelman yang juga merupakan sosok berkuasa di kabinet tela menolak segala bentuk larangan terhadap cadar. Spelman menilai cadar membuat perempuan muslim di Inggris lebih bermartabat.