REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD--Di tengah bencana yang melanda negerinya, Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari panen kecaman. Banyak yang mengeluh karena pemerintah lamban menangani musibah, bahkan tidak mengirimkan bantuan sama sekali.
Perdana Menteri Pakistan, Yousouf Raza Gilani, sebelumnya menyatakan bahwa barang bantuan tersedia dalam jumlah yang cukup. Namun, banyak korban banjir yang menderita kelaparan.
Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang saat ini sedang berkunjung di Eropa juga dihujani kritik, demikian halnya pejabat tinggi Pakistan lainnya. Mereka dinilai kurang bertanggung jawab dan terlibat dalam penanganan banjir.
Sebuah surat kabar menulis, rakyat Pakistan saat ini memerlukan dukungan dan perasaan bahwa "pemimpinnya mempedulikan mereka". "Bukan pemimpin yang bertamasya ketika rakyatnya menderita," demikian kritik pedas media.
Namun bukannya introspeksi, mereka mengedepankan langkah depensif. Penasihat Zardari, Farahnaz Ispahani, mengatakan bahwa setelah perubahan konstitusi, banyak kewenangan seorang presiden Pakistan dialihkan kepada perdana menteri, sedangkan presiden hanya mengemban tugas sebagai wakil negara. Hari Kamis (05/08), Zardari bertemu dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron untuk membicarakan masa depan Pakistan.
Hal yang sama dilakukan para bawahannya. Bahkan, Panglima komando provinsi Punjab, Jenderal Nadir Zeb, membela diri dengan mengatakan, banyak korban tidak menghiraukan peringatan sebelum terjadinya banjir. Warga baru menyadari bahwa mereka dalam bahaya ketika air sudah mencapai desa dan kota.