REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH--Otoritas telekomunikasi Arab saudi dan pembuat smartphone BlackBerry, Research in Motion (RIM) telah mencapai kesepakatan soal akses data pengguna yang akan mencegah larangan penggunaan layanan piranti itu. Seorang pejabat Arab Saudi mengatakan pada hari Sabtu, kedua belah pihak telah menyepakati butir-butir perjanjian yang merupakan jalan keluar saling menguntungkan.
Perjanjian itu, yang akan tetap menempatkan server BlackBerry di Arab Saudi, akan memungkinkan pemerintah memantau pesan pengguna, terutama untuk fitur Blackberry Messenger (BBM). Perjanjian itu sekaligus menenangkan "ketakutan resmi" akan layanan Blackberry digunakan untuk tujuan kriminal.
Kesepakatan itu bisa memiliki dampak luas bagi beberapa negara lain, termasuk India dan Uni Emirat Arab, yang juga mengungkapkan keprihatinan yang sama atas bagaimana RIM menangani datanya.
Pejabat resmi Saudi, yang berbicara dengan syarat anonim -- karena ia tidak berwenang untuk membahas rincian kesepakatan dengan media -- mengatakan uji coba saat ini sedang berjalan untuk menentukan bagaimana melakukan instalasi server BlackBerry di dalam negeri.
Kerajaan ini merupakan salah satu dari sejumlah negara mengungkapkan kekhawatiran bahwa perangkat merupakan ancaman keamanan karena informasi yang dienkripsi dikirim pada ponsel yang diarahkan melalui komputer di luar negeri - sehingga tidak mungkin bagi pemerintah daerah untuk memantau.
Sebelumnya, Uni Emirat Arab mengumumkan akan melarang email BlackBerry, BBM, dan browsing web dimulai pada bulan Oktober. India juga menuntut kontrol yang lebih besar atas layanan data piranti itu.