Oleh Muhammad Arifin Ilham
Dalam hitungan hari, kita segera memasuki pelataran universitas Ramadhan. Suka atau tidak, sebagai hamba-Nya yang beriman, kita akan masuk dan mengikuti semua proses pendidikan di dalamnya. Sebuah unit pendidikan Rabbani yang akan melahirkan para wisudawan terbaik dengan gelar al-Muttaqin (bertakwa). "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (QS Albaqarah [2]: 183).
Abdullah bin Ash-Shamit meriwayatkan bahwa ketika Ramadhan datang, Rasulullah SAW mengingatkan, "Jika Ramadhan telah tiba maka terbukalah pintu-pintu surga, tertutup pintu-pintu neraka. Bulan penuh berkah itu telah datang kepadamu. Pada bulan itu, Allah melimpahkan (karunia-Nya) kepadamu. Dia menurunkan rahmat, menghapuskan kesalahan-kesalahan dan mengabulkan doa. Allah akan melipatgandakan semua kebaikanmu di bulan itu dan akan membanggakanmu di hadapan para malaikat. Maka tampilkanlah dari diri kamu yang baik-baik. Karena orang yang malang adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat Allah pada bulan itu." (HR Ath-Thabrani).
Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Kita bisa lihat, para insan media--baik cetak maupun elektronik--terguyur keberkahan Ramadhan, dengan pariwara komersialnya. Penggiat entertainment kebanjiran manggung dan peran. Para ustaz banyak menerima panggilan ceramah.
Pekerja, karyawan, dan buruh, akan mendapatkan bonus, THR, dan lain sebagainya. Jika berkaca dari hadis ini, Ramadhan ingin menaburkan keberkahan bagi para penyambutnya.
Ramadhan berarti pembakaran dan peleburan. Yang biasa dibakar adalah sesuatu yang kotor, misalnya sampah. Sampah yang berserak, bertumpuk, dan mengeluarkan aroma tak sedap. Jika sampah dibakar, pelataran rumah kita, insya Allah akan kembali bersih.
Namun, ada juga yang biasa kita bakar dan bukan sesuatu yang kotor, seperti besi. Besi ketika dibakar, oleh seorang pandai besi, akan sangat mudah dibentuk sesuai dengan keinginan. Ia bisa dijadikan bahan untuk sepeda, motor, mobil, atau pesawat.
Karena itu, Ramadhan yang akan kita jelang, semoga bisa menjadi alat untuk membakar dan meleburkan segala kotoran dosa dan maksiat, agar pekarangan hati kita menjadi bersih. Kemudian, kita bentuk agar hati itu menjadi semakin dekat dengan Allah SWT.
Ingatlah, ketika detik-detik Ramadhan tahun lalu akan berakhir, para malaikat bersedih dan meminta supaya satu tahun semua bulannya adalah Ramadhan. Kini, ketika Ramadhan kembali menyapa, tentu mereka, para malaikat dan semesta alam akan merasa haru dan bahagia menyambutnya. Maka itu, bersama gerak alam dan semesta yang berzikir, kita bentangkan tangan seraya menyiapkan diri dan menata hati untuk menyambut kehadirannya. Marhaban ya Ramadhan.