REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM--Seorang sopir taksi asal Brimingham, Gul Wasir dan istrinya, Begum Salehna, ditembak mati, Minggu (8/8) di sebuah desa di Pakistan, Khyber Pakhtunkwa atau yang dikenal "Inggris Kecil" karena kawasan itu memiliki populas besar migran yang hijrah ke Inggris. Kasus pembunuhan mereka tidak mendapat publikasi segera karena musibah banjir yang menerpa kawasan itu.
Putra kedua pasangan itu dilaporkan terluka dalam serangan namun dapat diselamatkan. Kedua pasangan itu bepergian ke desa itu dari Inggris setelah putri mereka ingin membatalkan pernikahannya karena ia tak ingin menjadi istri seorang lelaki dari Pakistan.
"Suami dan istri itu telah menjanjikan seorang pria untuk dapat menikahi putrinya. Ketika pembatalan terjadi, si lelaki itu tidak senang," ujar teman dari keluarga yang dibunuh.
"Gul dan istrinya pun pergi ke Pakistan untuk menyelesaikan dan menjelaskan duduk perkara. Namun si lelaki itu jadi gila dan menembak mereka gara-gara memutuskan pertunangan," imbuhnya menuturkan. "Ini benar-benar tragedi. Mereka adalah orang-orang jujur dan baik." Jenazah suami-istri itu telah dikebumikan.
Polisi setempat menyatakan mereka telah memulai investigasi terhadap kasus pembunuhan tersebut. "Mereka adalah orang-orang sederhana, ramah dan tak suka kekerasan," ujar Jamil Shah, 45 tahun, dari desa yang sama. "Gul adalah orang yang sangat dihormati dan dia adalah pengunjung tetap bila ada pernikahan digelar di sini," ujarnya.
"Ini adalah kasus klasik "membunuh untuk kehormatan" yang masih sangat umum di Khyber Pakhtunkwa. Orang-orang membunuh anak perempuan dan saudara mereka jika mereka dianggap membuat malu atau menikah dengan seseorang tanpa persetujuan keluarga," kata seorang polisi Nowshera, Riaz Khan, seperti yang dikutip Daily Telegraph.
Dalam kasus ini, si gadis telah ditunangkan dengan seorang kerabat di desa. Si calon mempelai pria meyakini ia akan malu jika si gadis ternyata akan menikah dengan pria lain padahal tela dijanjikan untuknya, imbuh Khan.
Desa tersebut dan lingkungan sekitar memang dikenal dengan sejumlah insiden 'membunuh untuk kehormatan' dalam beberapa tahun terakhir. Teman mendiang Gul mengungkap seorang pria lain dari Brimingham juga dibunuh di desa itu dalam kasus identik pada 18 bulan sebelumnya.
Anggota parlemen Inggris dari wilayah Perry Barr, Birmingham, Khalid Mahmoud, mengatakan sangat terkejut dan mengungkapkan kecewa mendalam. "Pembunuhan karena kehormatan sangat absurd di zaman ini," ujarnya.
Para orang tua tinggal di Inggris, imbuhnya, harus memastikan anak-anak mereka memahami dampak serius menolak peminang potensial di luar negeri. "Pasalnya jika anak-anak menolak pernikahan dilangsungkan setelah dilamar akan dianggap penghinaan."
"Saya himbau orang-orang harus menyadari jika mereka ingin melanjutkan hubunga kekerabatan dengan sanak saudara di India, Bangladesh atau India, mereka harus waspada dampaknya ketika anaknya ternyata tidak terlalu antusias. Bila dipaksakan dan berakhir gagal, keluarga di luar sana merasa akan diremehkan."