REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo segera melakukan pertemuan internal guna menentukan sikap atas penahanan terhadap Amir Jamaah Ansharut Tauhid, Abu Bakar Basyir oleh Detasemen 88 Polri. Pertemuan itu nantinya bakal menyimpulkan apakah penangkapan tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Yang jelas, sejauh ini MUI Solo menganggap isi dakwah Ba'asyir tidak bermasalah.
Anggota Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Solo, Ahmad Dahlan Harjotaruno, menuturkan secara resmi pihaknya belum mendapat konfirmasi prihal penangkapan Abu Bakar Basyir. Menurut dia, informasi penangkapan tersebut barulah sebatas pemberitaan di media. Karena itu, pihaknya segera melakukan pertemuan internal guna membahas masalah ini.
"Kami segera mengadakan pertemuan internal. Kami akan pelajari penangkapan Abu Bakar Ba'asyir oleh Densus 88. Kalau memang tidak ada alasan ditangkap, kami akan melakukan pembelaan. Tapi hal yang pasti, bila ini urusan politis, kami tidak akan ikut campur," ungkapnya kepada Republika, Senin (9/8).
Meski demikian, Harjotaruno menilai isi dakwah yang disampaikan Ba'asyir tidak ada masalah. Namun, kata dia, ada beberapa bagian dari isi dakwah yang dianggap garis keras oleh kelompok Islam yang lain. "Secara umum, isi dakwah tidak masalah. Ba'asyir selalu mendakwahkan Islam murni di setiap kesempatan kata," dia.
Selain itu, Harjotaruno menambahkan, isi dakwah tidak secara khusus membahas materi dalam kaitannya dengan teroris. "Ia selalu konsisten mendakwahkan Islam murni. Tidak ada bahasan yang bersinggungan langsung dengan aktivitas teroris," tegasnya.
Sebagai informasi, Abu Bakar Ba'asyir ditangkap dalam perjalanan dari Ciamis menuju Sukorharjo, Senin (9/8), sekitar pukul 08.00 WIB oleh Densus 88. Saat itu, Ba'asyir baru saja mengisi pengajian dalam dua pekan per bulannya di Ciamis, Tasikmalaya dan Bandung.