REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Anggota DPR RI Tubagus Dedy Suwandi Gumelar mengaku prihatin dengan berkembangnya opini publik soal Rumah Aspirasi (RA) yang justru menolak terhadap keberadaan RA. Bagi dia, penolakan itu kesalahan besar.
''Sejak diangkat menjadi anggota DPR, dengan kesadaran akan pentingnya membangun arus informasi dari konstituen dan masyarakat khususnya dari dapil tempat saya berasal, saya sudah mendirikan RA ini, dengan menumpang di rumah salah seorang ketua PAC. Dengan membekalinya seperangkat komputer dan anggaran operasional sekadarnya yang musti saya rogoh dari gaji pribadi,''ujar Dedy dalam siaran persnya yang dikirim ke Republika lewat email, Selasa (10/8).
Menurut Dedy, keberadaan RA sangat besar manfaatnya agar arus informasi dari bawah, terjadi. ''Sebagai anggota DPR, saya mudah menangkap isu yang berkembang, masalah yang perlu mediasi, dan sebagainya itu, lewat adanya RA ini. Saya memahami bila sebagian besar yang tidak setuju dengan penggunaaan anggaran APBN untuk operasionalisasi RA ini. Tapi jangan menolak RA itu sendiri,'' cetusnya.
Dedy khawatir, bila berkembang persepsi publik yang salah tentang RA ini, boleh jadi nanti, RA yang dia bangun dengan upaya pribadi itu, bisa-bisa dirobohkan karena dituduh masyarakat dibiayai oleh APBN.
Oleh karena itu, Dedy mengharapkan bantuan penjelasan yang adil dan proporsional, baik dari pimpinan DPR maupun pers tentang pentingnya keberadaan Rumah Aspirasi ini sebagai wahana dan medium penyerapan apsirasi masyarakat. Dikatakan dia, di negara mana pun, setiap senator memiliki semacam RA ini, yang berfungsi untuk menyerap masalah day by day.
''Harap diingat bahwa anggota DPR hanya sesekali lewat reses saja berkunjung dan menyerap masalah di daerah. Dengan adanya RA, kami akan tahu perkembangan hari ke hari di daerah pemilihannya masing-masing. Maka, tolong bedakan antara peran dan fungsi RA sebagai penunjang kinerja anggota dewan, dengan penggunaan anggaran APBN yang memang perlu dikritisi,'' tegasnya.