REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengungkapkan bahwa musim Pancaroba akan terjadi di Indonesia hingga September mendatang. Musim yang menandai kondisi cuaca yang berubah-ubah tersebut berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas tinggi berdurasi singkat, serta diikuti angin kencang dan petir.
Hingga awal Agustus ini, BMKG menemukan peningkatkan yang cukup signifikan adanya hujan ekstrim. Misalnya, Juli lalu dalam sebulan terdapat 125 kali curah hujan ekstrim. Sedangkan pada 10 hari pertama Agustus ini, BMKG sudah mendapatkan 52 kali terjadi hujan ekstrim.
Deputi Bidang Klimatologi, Soeroso Hadiyanto, mengatakan, adanya musim pancaroba itu perlu diwaspadai oleh masyarakat Indonesia, terutama di beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami peningkatan curah hujan. Misalnya, Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Maluku, Aceh, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluka, dan Papua. “Dua bulan ke depan curah hujan di wilayah-wilayah itu masih tinggi,” kata Soeroso, saat konferensi pers di Kantor BMKG, Jalan Angkasa 1, Kemayoran, Jakarta, Rabu (11/8).
Menurutnya, hujan ekstrim itu ditandai dengan keberadaan curah hujan yang lebih dari 50 milimeter per hari. Bahkan, musim pancaroba juga berpengaruh pada kondisi gelombang laut yang akan naik dan berpotensi adanya angin puting beliung.
Kepala Pusat Meteorologi Publik, Widada Sulistya, memrediksi musim tersebut akan menciptakan kondisi gelombang di laut meninggi, hingga di atas dua meter. Kondisi itu kata dia, akan mengganggu perahu-perahu kecil, terutama yang berukuran di bawah tujuh ton. “Untuk perkiraan eksaknya memang belum, tetapi dari kondisi cuaca diperkirakan ketinggian gelombang di atas dua meter,” ujarnya. Sementara kondisi udara juga kurang normal.
Curah hujan ekstrim, lanjut dia, umumnya terjadi sore hari, sebab kalau pagi maupun siang hari, kondisi awan belum terbentuk karena masih ada sinar matahari. “Kalau nanti hujan sudah pagi terus, maka itu berarti sudah hujan di musin penghujan, bukan pancaroba lagi,” jelas dia.